[caption id="attachment_398779" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]
“Miss ada ice cream lewat, Miss gak pengen beli?” celetuk adek les siang ini ketika saya selesai mengajari mereka bahasa Inggris. Tentu saja saya tahu bahwa sebenarnya mereka semualah yang sebenarnya ingin membeli ice cream keliling itu, hanya saja banyak kata yang ditikungkan agar terkesan kita semua yang ingin membeli. Okelah saya paham harus melakukan apa, terlebih saat salah satu di antara mereka ada yang bilang tidak bawa uang.
“Ayok turun dan beli ice cream-nya, Miss traktir deh,“ seketika sorak gembira menghiasi wajah mereka yang langsung memanggil kencang-kencang abang penjual untuk berhenti. Ice cream sudah terbeli oleh mereka. “Terima kasih Miss Ayda, Miss Ayda cantik dan baik hati deh,” begitulah ungkapan terima kasih dan bahagia mereka hari ini kepada saya.
Siang ini semua adek les betah sekali berada di rumah saya.
Les bahasa Inggris dimulai pada jam 09.00 WIB, namun kali ini adek les sudah ready pada jam 08.30. Bisa jadi karena hari Minggu, hari yang memang banyak luangnya untuk mereka melakukan aktivitas, atau bisa jadi semangat lainnya yang tidak bisa orang dewasa pahami, yang membawa euforia semangat 45-nya untuk pergi les pagi ini. Yah, dunia anak-anak memang sulit orang dewasa pahami. Tetapi itulah yang menjadi tantangan menarik bagi saya kali ini.
Materi pagi ini sederhana saja, karena 2 pertemuan kemaren sudah membahas tentang cara membuat surat dan praktek membuat amplop kreasi sendiri (handmade envelope). Kali ini saya membebaskan mereka untuk memilih pelajaran apa yang mereka inginkan. Pada akhirnya mereka masih tertarik dengan majalah Bobo yang beberapa waktu lalu sempat saya perlihatkan, sehingga pagi ini mereka ingin latihan membaca cerita bergambar (komik) berbahasa inggris. Maka kali ini pelajarannya adalah reading.
Selesai mendampingi mereka membaca cerita bergambar selama satu setengah jam saya memandangi jam, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 10.30, pertanda bahwa pelajaran berakhir. Namun karena lagi-lagi mereka betah sekali bermain di rumah saya hari ini, maka saya membebaskan (kembali) mereka untuk tetap tinggal dan bermain di rumah saya beberapa waktu. Mumpung rumah sepi karena seluruh keluarga saya sedang ada acara di luar ( 2 adek sekolah, bapak ngantor, ibu rapat).
Awalnya saya hanya membiarkan mereka untuk bermain-main sesukanya; main sodoku, coret-coret whiteboard, naik-turun tangga rumah, main sekolah-sekolahan, main pasang-bongkar mainan, lompat tali, nonton tv dll..
Mungkin karena mereka jenuh dan lelah sehingga akhirnya memanggil saya untuk menyuruhnya menemani bermain. Okelah saya turutin, pertama saya menemani dan mengajarkan mereka membuat tulisan unik menjadi sebuah stiker yang bisa ditempel di dinding kamar. Hingga akhirnya mereka terkesima dan antusias sekali melihat warna-warni marker dan mulai mewarnai tulisan nama-nama keluarga yang sudah mereka request kepada saya. Selanjutnya saya ajak mereka melihat album kenangan unik yang saya buat kala di Kudu dulu, dan lagi-lagi mereka ingin menirunya. Katanya Miss Ayda kreatif ya.
Lebih lanjut kami makan rambutan yang kami petik di depan rumah, makan biskuit cracker dan ditemani menyantap ice cream rame-rame (yang saya buat sebagai prolog cerita ini di atas tadi).
Pada intinya membuat anak kecil nyaman itu mudah, tetapi memunculkan chemistry memang bukan hal yang mudah dilakukan seorang guru kepada muridnya. Pandai-pandailah seorang guru dalam merebut hati anak didiknya dan berusahalah agar kita dirindukan olehnya. Dan kali ini saya sudah membuktikannya. Dengan membuat mereka nyaman dengan kita melalui cara; ikut bermain, ikut bercerita, ikut dalam dunianya. Maka anak kecil akan merasa mempunyai seorang teman baru yang mengasyikkan dan mengerti mereka.
Mengenal beberapa karakter pertumbuhan para murid juga hal penting sehingga pendidik mampu menghadapi perbedaan antara setiap individu dari sisi jiwa, akal, dan emosional. Dan juga hal yang tidak kalah penting adalah memunculkan inovasi. Sikap inovatif dan kreatif (baik metode maupun penggunaan sarana pengajaran) memang harus dimiliki seorang pendidik untuk membuat anak senantiasa merindukan hal-hal baru dari kita. Intinya menjadi guru yang dirindukan itu sesederhana ini.