Selain itu, meningkatnya harga komoditas dapat menimbulkan risiko pada kegagalan kebijakan pemerintah untuk beralih kepada energi yang ramah lingkungan. Tingginya harga minyak mentah dunia berpotensi untuk menghambat kebijakan penghapusan premium dan pertalite karena tingginya selisih harga dengan bahan bakar oktan 92. Tingginya harga CPO juga berpotensi untuk menghambat kebijakan biodiesel akibat semakin tingginya kompensasi yang harus dibayarkan pemerintah.
Tahun 2022 juga merupakan tahun terakhir defisit APBN yang dilonggarkan sehingga konsolidasi fiskal harus terjadi tahun ini juga. Dengan adanya potensi risiko-risiko tersebut, pemerintah harus dapat memastikan bahwa inflasi di tahun 2022 dapat terkendali terutama inflasi harga pangan. Kebijakan ynag akan ditempuh juga seyogyanya tidak akan mengganggu proses konsolidasi fiskal menuju defisit 3% terhadap PDB.
Ibarat pesawat terbang, tahun 2021 merupakan tahun yang penuh turbulensi, namun penerbangan dapat dilakukan dengan sukses dan mendarat dengan mulus. Dengan berbekal pengalaman pada 2021, kita dapat mengantisipasi turbulensi yang akan terjadi di tahun 2022 sehingga ekonomi dapat kembali pulih kepada era prapandemi, target APBN dapat tercapai, dan konsolidasi fiskal terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H