Mohon tunggu...
Arie Yanwar
Arie Yanwar Mohon Tunggu... Administrasi - Hanya seorang rakyat yang peduli kepada negerinya tercinta

Menulis sebagai bentuk apresiasi pada pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konvensional bin Syariah, Perbankan di UK

8 Desember 2017   06:18 Diperbarui: 8 Desember 2017   08:21 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sini system perbankannya sudah sangat efisien, sebagai contoh untuk transaksi seperti rental mobil atau nginep di hotel dimana kita butuh deposit, maka dengan kartu debit bank kita bisa langsung ditahan sejumlah uang dalam rekening sebagai deposit. 

Dan jika seandainya deposit kita berkurang dan terjadi perselisihan antara kita dengan si vendor, maka bank akan ada dipihak kita dengan mengembalikan uang deposit tersebut karena tergolong sebagai 'unauthorised transaction' . Bahkan apabila kita salah melakukan transfer saja, apabila masih dalam hari yang sama bisa kita anulir, tentu saja prosedur agak ribet untuk kasus ini.

Dalam hal ini nasabah sebagai customer benar-benar di perlakukan seperti raja.

Tentu saja untuk kasus-kasus luar biasa seperti kena hipnotis atau kartu di tuker sama copet di ATM, yaah ini sih walahualam ya. Kalau disini semua bentuk kejahatan urusannya ya dengan polisi bukan sama bank lagi. Tapi kembali lagi bank ada di pihak kita bukan malah balik nyalahin customer kalau kejahatan terjadi sama mereka, karena jika kita curcol sama petugas 'CS' nya biasanya dia akan kasi solusi ke nasabah.

Tentu saja efek dari efisiensi ini berujung kepada hal lain, yaitu penutupan KCP dan mungkin pengurangan jumlah pegawai. Saya baru saja dapat surat pemberitahuan kalau KCP bank yang di kampus akan tutup pertengahan tahun depan. 

Tentu saja dengan kemudahan dalam melakukan transaksi perbankan, saya juga tidak terlalu ambil pusing dengan penutupan tersebut. Dengan penutupan ini pun maka bank juga telah melakukan efisiensi dengan berkurangnya biaya sewa tempat dan tentu saja biaya gaji pegawai (dengan asumsi adanya pengurangan jumlah pegawai).

Menjadi pertanyaan buat saya. Mungkinkah model perbankan seperti ini di tiru di Indonesia? Sehingga tidak perlu ada lagi dikotomi syariah ataupun konvensional karena toh sistemnya sudah tidak mengandung riba dan kawan-kawannya. Sehingga nasabah bebas memilih mau buka akun yang berbunga atau tidak di semua bank dan bebas biaya 'persaudaraan' juga.

Tentu saja jika ada pertanyaan 'bagaimana dengan munculnya pengangguran sebagai akibat efisiensi tersebut?' Ya sama dengan jawaban saya apabila ada kejahatan terjadi terhadap rekening nasabah dimana kejahatan adalah urusan polisi bukan bank, sama seperti munculnya pengangguran ya.. itu urusannya pemerintah, bukan urusan bank.

Sekedar intermezzo, teller di sini tidak menghitung uang kertas gepokan dengan menggunakan jari jemari atau alat penghitung melainkan pakai timbangan dan akurat. Kira-kira mata uang rupiah bisa gak ya pakai timbangan untuk dihitung?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun