Mohon tunggu...
Ayatullah Nurjati
Ayatullah Nurjati Mohon Tunggu... Guru - penikmat seni, pencinta Aquscape, Penggiat Teater, Penikmat musik Dangdut, Pemancing Amatir

Pernah ngeleseh selama 3 tahun di Jogja, penikmat dan pengamat seni. Pernah Bergiat di teater Plonk STIBA Jakarta Internasional, dan tutor sastra pada Forum Lingkar Filsafat dan Sastra KOPLIK Ciputat, Pernah bergiat di berbagai LSM. Pernah menjabat menjadi Ketua Senat ABA YPKK-STBA Technocrat 2001-02 dan pernah pula menjabat sebagai pimpred Communicado Press (sebuah wadah penulis muda). Aktif menulis di berbagai surat kabar terkemuka di Jakarta dan daerah. Pernah menjadi Ketua wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMK Jakarta Barat 2. Pernah mengajar terbang di Beberapa Kampus Terkemuka di Jakarta. Saat ini menjadi tenaga pengajar di SMK Negeri di Bilangan Jakarta Barat. Sedang menulis sebuah kumpulan cerpen (berujung besi) dan menyelesaikan Novelnya yang berjudul Cinta Cyber--Sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berujung Besi

18 Oktober 2021   18:04 Diperbarui: 18 Oktober 2021   18:11 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seonggok besi tua usang menghujam ke langit
Mengernyitkan dahinya, geram dan agak sedikit merah padam
Mentari yang menopangnya lambat laun akan surut
Menyaksikan keindahan biru kusam---karam
Disorentasi, gardan, copel dan asesoris yang menempel padanya terkait belati hitam
Kumisnya yang tak lagi sangar tetapi terkesan tentram


Aku laksana keris tipis---tiris
Karena tak kutemukan tekat bulat---nekat
Ah itu hanyalah ilusi bagi mobil berdasi
Tanpa seonggok besi yang didaur, dilebur dan ditambur takkan mungkin ada itu
semua

Oplet, helicak, trem cukup lihai untuk melakukan regenerasi
Sebutir peluh keruh tetap tak membuat badan jadi kisruh
Dan tak lupa becak, sepeda ontel menjadi saksi jaman yang katanya preman
Ban plagiator bibirnya jontor karena sok diktator pada motor orator

Aku bagai pentil yang disentil oleh cewek-cewek centil yang jail
Yah sudah kalau begitu bagaimana televisi yang bermuka dua, handphone yang tuli, Laptop dan komputer yang sliwer?
Mereka semua kecuali peluru, mesiu, rudal, granat, bom atom ujung-ujungnya besi

telah dipublikasi di PoemHunter dengan judul Iron Tipped

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun