Seonggok besi tua usang menghujam ke langit
Mengernyitkan dahinya, geram dan agak sedikit merah padam
Mentari yang menopangnya lambat laun akan surut
Menyaksikan keindahan biru kusam---karam
Disorentasi, gardan, copel dan asesoris yang menempel padanya terkait belati hitam
Kumisnya yang tak lagi sangar tetapi terkesan tentram
Aku laksana keris tipis---tiris
Karena tak kutemukan tekat bulat---nekat
Ah itu hanyalah ilusi bagi mobil berdasi
Tanpa seonggok besi yang didaur, dilebur dan ditambur takkan mungkin ada itu
semua
Oplet, helicak, trem cukup lihai untuk melakukan regenerasi
Sebutir peluh keruh tetap tak membuat badan jadi kisruh
Dan tak lupa becak, sepeda ontel menjadi saksi jaman yang katanya preman
Ban plagiator bibirnya jontor karena sok diktator pada motor orator
Aku bagai pentil yang disentil oleh cewek-cewek centil yang jail
Yah sudah kalau begitu bagaimana televisi yang bermuka dua, handphone yang tuli, Laptop dan komputer yang sliwer?
Mereka semua kecuali peluru, mesiu, rudal, granat, bom atom ujung-ujungnya besi
telah dipublikasi di PoemHunter dengan judul Iron Tipped
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H