Dalam penelitian terkini yang dilakukan oleh Bradford, Henderson, Baxter, dan Navarro (2020), mereka mengeksplorasi persepsi auditor terkait hubungan antara manfaat audit dan pemanfaatan Alat Bantu Audit (GAS). Dengan menggunakan pendekatan kuadrat terkecil parsial, analisis dilakukan pada data survei yang melibatkan 188 pengguna GAS, terdiri dari auditor keuangan dan auditor TI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa satu-satunya faktor yang signifikan sebagai prediktor kualitas informasi GAS bagi auditor keuangan dalam mendeteksi kesalahan materi adalah anteseden.Â
Sebaliknya, dalam hal mendeteksi kekurangan pemantauan dan kecurangan, faktor-faktor tersebut memiliki dampak yang cukup besar terhadap kualitas informasi bagi auditor TI. Kualitas informasi memengaruhi baik auditor keuangan maupun non-keuangan. Hanya auditor TI yang terpengaruh oleh kualitas sistem, sedangkan kedua bentuk auditor tersebut tidak dipengaruhi oleh penggunaan GAS. Adopsi Sistem Informasi Audit (SIA) oleh auditor keuangan dipengaruhi oleh kualitas layanan, namun tidak berlaku untuk auditor TI. Meskipun kualitas layanan tidak berdampak pada kepuasan penggunaan GAS bagi kedua kelompok auditor, penggunaan GAS dan kepuasan penggunaannya berkontribusi pada peningkatan ekspektasi manfaat audit.
Dapat disimpulkan bahwa GAS dan Digital Analytics dapat membantu auditor syariah dalam menjalankan tugas mereka. GAS dapat digunakan untuk menguji keandalan data dan mempercepat proses audit, sedangkan Digital Analytics dapat digunakan untuk mengidentifikasi kasus ketidakpatuhan syariah. Namun, masih ada beberapa kendala dalam penggunaan GAS dan Digital Analytics, seperti kurangnya pemahaman tentang teknologi ini dan kurangnya dukungan dari manajemen bank.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H