Adopsi Perangkat Lunak Audit Umum (Generalized Audit Software/GAS) dan Analisis Digital oleh Auditor Syariah di Bank Syariah
Industri perbankan syariah berkembang pesat seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan layanan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Bank syariah sebagai entitas keuangan yang mendasarkan operasinya pada prinsip keadilan dan ketidakberpihakan menghadapi tantangan yang semakin kompleks terkait dengan pengelolaan risiko dan kepatuhan syariah. Oleh karena itu, keberlanjutan dan keberhasilan operasional bank syariah memerlukan sistem audit yang efektif dan inovatif.
Dalam beberapa tahun terakhir, adopsi teknologi dalam dunia keuangan telah memberikan dampak signifikan, terutama dalam bidang audit. Perangkat Lunak Audit Umum (GAS) dan Analisis Digital menjadi solusi yang menarik untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas audit di bank syariah. GAS memungkinkan auditor untuk secara otomatis mengumpulkan, menganalisis, dan memahami data audit dengan cepat, sementara analisis digital memberikan kemampuan untuk mengidentifikasi anomali atau pola yang tidak biasa dalam transaksi keuangan.
Auditor syariah di bank syariah memiliki tanggung jawab yang khusus, yaitu memastikan bahwa setiap transaksi dan kegiatan operasional sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, adopsi GAS dan analisis digital dalam proses audit dapat membantu mereka dalam mengidentifikasi potensi ketidaksesuaian syariah secara lebih efisien.
Selain itu, perkembangan teknologi juga membawa risiko baru dalam bentuk kejahatan keuangan digital. Bank syariah perlu memastikan bahwa sistem keamanan dan kontrol internal mereka dapat melindungi dana nasabah dan mematuhi ketentuan syariah terkait dengan keamanan informasi. Adopsi teknologi audit yang canggih menjadi krusial dalam mengatasi tantangan ini dan memastikan integritas operasional bank syariah.
Dengan demikian, artikel ini akan mengeksplorasi lebih lanjut tentang bagaimana adopsi Perangkat Lunak Audit Umum (GAS) dan Analisis Digital oleh auditor syariah di bank syariah dapat meningkatkan kualitas audit, mendeteksi potensi pelanggaran syariah, dan menghadapi tantangan keamanan informasi dalam era keuangan digital.
Ada banyak kajian yang membahas adopsi perangkat lunak akuntansi, baik dalam sektor publik maupun swasta. Walaupun demikian, literatur yang membahas adopsi dan pemanfaatan perangkat lunak audit dianggap kurang memadai. Beberapa penelitian telah melaporkan sejauh mana auditor eksternal menggunakan Sistem Informasi Audit (SIA).Â
Sebagai contoh, Kent dan Ahmi (2013) menyimpulkan bahwa perusahaan audit di Inggris cenderung menggunakan SIA pada tingkat yang rendah. Hal ini disebabkan oleh persepsi terbatas mengenai manfaat penggunaan Alat Bantu Audit (GAS) untuk mengaudit klien yang berskala kecil. Sekitar 73% auditor eksternal memilih untuk tidak mengadopsinya. Meskipun beberapa responden mengakui keuntungan GAS, mereka tidak tertarik karena dianggap memiliki biaya implementasi yang tinggi, kurva pembelajaran yang panjang, proses adopsi yang rumit, dan kurangnya kemudahan penggunaan. Sebagai akibatnya, banyak dari mereka lebih memilih menggunakan metode audit manual konvensional.
Dalam penelitian lain, Van der Nest, Smidt, dan Lubbe (2018) melakukan perbandingan terhadap praktik fungsi audit internal terkait pemanfaatan Alat Bantu Audit (GAS) di industri perbankan Afrika Selatan yang diawasi secara lokal.Â
Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan tolak ukur yang berasal dari model kematangan analitik data yang telah diakui. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa, meskipun adopsi teknologi informasi (TI) semakin cepat dan generasi data besar semakin berkembang dalam organisasi, penggunaan GAS oleh fungsi audit internal masih berada pada tingkat kematangan yang relatif rendah. Hal ini menjadi perhatian mengingat bahwa dunia, khususnya dari perspektif bisnis, saat ini tengah sepenuhnya terlibat dalam prospek ekonomi yang didorong oleh teknologi. Hasil empiris dari artikel ini juga menegaskan bahwa tingkat kematangan penggunaan Sistem Informasi Audit (SIA) oleh auditor internal di bank-bank Afrika Selatan masih lebih rendah daripada yang diperkirakan.
Adamyk, Adamyk, dan Khorunzhak (2018) melakukan penyelidikan terhadap urutan dan metodologi audit untuk perangkat lunak akuntansi komputer (CAS). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa audit perangkat lunak sebaiknya dilakukan secara terpisah untuk setiap elemennya. Komponen fungsional dari perangkat lunak CAS, seperti Sistem Manajemen Basis Data (DBMS) dan perangkat lunak aplikasi yang mendukung otomatisasi akuntansi, diidentifikasi sebagai bagian integral dari audit tersebut. Untuk mengaudit bagian pertama ini, teknik-teknik seperti evaluasi umum dan pemeriksaan subjek dari algoritma yang terkait dengan pemrosesan informasi digunakan. Meskipun demikian, perubahan dalam strategi akuntansi perusahaan dapat menghambat keberhasilan audit ini dan menyebabkan terjadinya kesalahan.