1. Nilai dan Tradisi
   Budaya menentukan nilai-nilai yang dihargai dalam masyarakat, seperti kerja sama, kemandirian, atau hierarki. Misalnya, dalam budaya kolektivis, seperti di banyak negara Asia, hubungan interpersonal dan harmoni sosial sangat ditekankan. Anak-anak diajarkan untuk memprioritaskan kepentingan kelompok di atas kepentingan pribadi. Sebaliknya, dalam budaya individualis, seperti di negara Barat, anak diajarkan untuk mengekspresikan diri dan mandiri sejak dini.
2. Ekspresi Emosi
   Setiap budaya memiliki aturan berbeda dalam mengekspresikan emosi. Dalam beberapa budaya, menunjukkan emosi secara terbuka dianggap wajar, sementara dalam budaya lain, hal tersebut mungkin dianggap tidak pantas. Misalnya, di budaya Jepang, menahan emosi negatif seperti marah atau sedih sering dianggap sebagai tanda kedewasaan emosional, sedangkan di budaya Barat, mengekspresikan emosi secara langsung dianggap sehat.
3. Peran Sosial
   udaya juga membentuk peran sosial yang    diharapkan, seperti peran gender, usia, dan  status sosial. Harapan-harapan ini       memengaruhi bagaimana seseorang bertindak dan berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai situasi.
Kesimpulan
    Lingkungan dan budaya merupakan dua faktor kunci yang saling berkaitan dalam membentuk perkembangan sosial emosional individu. Lingkungan memberikan konteks langsung untuk pembelajaran dan pengalaman emosional, sementara budaya memberikan kerangka nilai dan norma yang membentuk cara seseorang memahami dan mengekspresikan emosi. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan yang positif dan menghargai keberagaman budaya sangat penting untuk mendukung perkembangan sosial emosional yang sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H