Mohon tunggu...
Ayatul atafunnisyah
Ayatul atafunnisyah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Ayatul atafunnisyah Alamat: Bima Hobi: Membaca buku Prodi:pgsd

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Empati Martin Hoffman: Memahami Perkembangan Empati pada Manusia

18 Januari 2025   17:19 Diperbarui: 18 Januari 2025   20:48 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Martin Hoffman, seorang psikolog terkemuka, dikenal karena kontribusinya dalam memahami perkembangan empati pada manusia. Teori empati Hoffman menjelaskan bagaimana kemampuan empati berkembang dari masa kanak-kanak hingga dewasa, dan bagaimana empati berperan penting dalam hubungan antar manusia dan perilaku moral. Hoffman mendefinisikan empati sebagai kemampuan untuk merasakan dan memahami emosi orang lain, serta memberikan respons yang sesuai berdasarkan pemahaman tersebut.

Tahapan Perkembangan Empati

Hoffman mengidentifikasi empat tahapan utama dalam perkembangan empati:

1. Empati Global (Global Empathy)

     Tahap ini terjadi pada masa bayi, biasanya pada tahun pertama kehidupan. Bayi belum dapat membedakan antara diri mereka sendiri dengan orang lain. Ketika melihat orang lain menangis atau merasa kesakitan, bayi akan merespons dengan cara yang sama, seperti ikut menangis. Ini menunjukkan bahwa mereka merasakan distress, tetapi belum dapat memahami bahwa emosi tersebut berasal dari orang lain.

2. Empati Egosenstris (Egocentric Empathy)

     Pada tahap ini, biasanya terjadi pada usia 1-2 tahun, anak mulai menyadari perbedaan antara diri mereka sendiri dengan orang lain. Mereka dapat memahami bahwa orang lain merasa sakit atau sedih, tetapi masih cenderung memberikan respons yang berpusat pada diri sendiri. Misalnya, seorang anak mungkin memberikan mainan favorit mereka kepada teman yang sedih, dengan anggapan bahwa apa yang membuat mereka bahagia juga akan membuat orang lain bahagia.

3. Empati Quasi-egosentris (Quasi-egocentric Empathy)

    Tahap ini terjadi pada usia 2-3 tahun, di mana anak-anak mulai lebih memahami bahwa orang lain memiliki perasaan yang berbeda dari mereka sendiri. Mereka mulai mencoba memberikan respons yang lebih sesuai dengan kebutuhan orang lain, meskipun pemahaman mereka masih terbatas. Misalnya, seorang anak mungkin mencoba menenangkan teman yang menangis dengan memeluknya atau memberikan benda yang dianggap menenangkan.

4. Empati Veridikal (Veridical Empathy)

     Tahap ini muncul pada usia 3-5 tahun dan seterusnya, di mana anak-anak mulai memiliki pemahaman yang lebih matang tentang perasaan orang lain. Mereka dapat membayangkan bagaimana perasaan orang lain dalam situasi tertentu dan memberikan respons yang lebih tepat. Empati veridikal melibatkan kemampuan untuk merasakan emosi orang lain, memahami penyebabnya, dan memberikan bantuan yang sesuai.

Empati dan Perilaku Moral

    Hoffman juga menekankan bahwa empati berperan penting dalam perkembangan perilaku moral. Menurutnya, empati adalah dasar dari motivasi moral karena memungkinkan individu untuk merasakan penderitaan orang lain dan mendorong mereka untuk melakukan tindakan yang membantu atau mengurangi penderitaan tersebut. Hoffman menggambarkan beberapa cara empati mempengaruhi perilaku moral:

1. Distress Empatik

        Ketika seseorang merasakan penderitaan orang lain, mereka akan merasakan distress yang mendorong mereka untuk melakukan tindakan yang dapat mengurangi penderitaan tersebut. Ini adalah bentuk dasar dari motivasi moral yang didorong oleh empati.

2. Perspektif Taking: 

     Kemampuan untuk mengambil perspektif orang lain, memahami situasi dari sudut pandang mereka, dan merasakan emosi mereka. Ini memungkinkan individu untuk memberikan respons yang lebih tepat dan sensitif terhadap kebutuhan orang lain.

3. Empati dan Aturan Moral: 

    Empati membantu individu memahami pentingnya aturan moral dan norma sosial. Ketika seseorang merasakan penderitaan orang lain akibat pelanggaran aturan, mereka akan lebih cenderung menghormati dan mengikuti aturan tersebut untuk mencegah penderitaan di masa depan.

Pentingnya Mengembangkan Empati

    Mengembangkan empati adalah hal yang penting untuk menciptakan hubungan yang sehat dan harmonis serta membangun masyarakat yang lebih adil dan peduli. Pendidikan dan pengasuhan memainkan peran penting dalam mengembangkan empati pada anak-anak. Dengan mendukung perkembangan empati, kita dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang peduli, empatik, dan bertanggung jawab secara moral.

Kesimpulan

     teori empati Martin Hoffman memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana empati berkembang dan bagaimana empati mempengaruhi perilaku moral. Dengan memahami tahapan perkembangan empati, kita dapat lebih baik dalam mendukung dan mengembangkan empati pada diri kita sendiri dan orang lain, sehingga menciptakan dunia yang lebih manusiawi dan penuh kasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun