Mohon tunggu...
Ayatulloh Marsai
Ayatulloh Marsai Mohon Tunggu... Guru - Guru, Mengajar di Al-Khairiyah Karangtengah - Cilegon

Pendiri Komunitas Literasi Damar26

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menulis, Bekerja untuk Keabadian

7 April 2011   09:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:02 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana seseorang bisa menulis? Dia harus membaca. Kegiatan menulis tidak bisa dipisahkan dengan membaca. Ada yang mengatakan menulis adalah saudara kembar membaca. Seseorang bisa menulis kalau dia sudah sukses membaca. Tentu membaca dalam pengertian yang sangat luas. Membaca dalam pengertian yang seluas-luasnya, tidak hanya terbatas membaca teks tulisan, namun juga termasuk merenungkan alam dan segala isinya, sesuatu yang ada dan mungkin ada, dari yang konkret hingga yang abstrak.

Membaca, menurut Quraish Shihab, "menghimpun" makna dari tercerai berai kemudian dihimpun menjadi suatu pembacaan dan pemahaman. Tidak jauh dengan pendapat Hernowo, bahwa membaca adalah 'megikat makna' dari paparan teks yang dibaca. Bagaimana seseorang bisa mengambil "nyawa" dari lembar per lembar bacaan yang dibacanya, itulah mengikat makna.

Sedangkan kegiatan menulis adalah bentuk akumulasi dari kemampuan membaca, kemudian dituangkan hasil pembacaannya itu lewat tulisan. Di sini, seorang penulis sukses pasti seorang pembaca yang sukses. Misalnya, seorang Hernowo, pekerjaan rutinnya selama belasan tahun adalah membaca karya-karya yang akan diterbitkan Penerbit Mizan, kemudian dia buatkan sinopsisnya untuk kepentingan promosi buku tersebut. Siapa sangka setelah pekerjaan itu dia tekuni selama belasan tahun, dia malah menjadi penulis sukses. Dia berhasil menulis buku bagaimana cara membaca (Mengikat Makna), bagaimana cara menulis (Quantum Writing), dan bagaimana cara membuat buku (dalam bab khusus Quantum Writing).

Sesuatu yang tidak diajarkan oleh orang-orang yang bukunya dia baca. Namun karena Hernowo mampu membaca pola 'kepenulisan' dari karya mereka, maka dia bisa menulis bagaimana caranya menulis. Bahkan lebih bisa dari guru Bahasa Indonesia yang lebih berkewajiban mengajarkan bagaimana caranya menulis kepada siswanya. Kenapa Hernowo bisa? Karena Hernowo sudah banyak membaca. Setiap buku yang akan diterbitkan mau tidak mau harus dia baca, dia simpulkan, dan dia tulisakan sinopsisnya. Jadi, dari rutinitas membaca inilah dia bisa menulis.

Dengan demikian semua orang bisa menulis? Betul! Semua kalangan bisa menulis, apakah ia pelajar, mahasiswa, karyawan, birokrat, pejabat, hingga ibu rumah tangga. Caranya dengan menulis apa saja dan memenuhi kebutuhan membaca setiap hari. Maka keabadian yang dimaksud oleh Pramudia Ananta Tour di atas bisa kita raih. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa mati sebuah keharusan, namun fitrah manusia menginginkan keabadadian. Maka salah satu cara untuk mengabadikan diri adalah dengan menuliskan ide dan gagasan kita saat ini. Mengabarkan kehidupan kepada masa depan melalui tulisan. Wallahu 'alam bissawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun