Para ahli sejarah menawarkan tiga alternatif untuk memasukan sejarah lokal di sekolah. Pertama, menjadikan sejarah lokal menjadi mata pelajaran tersendiri disamping pelajaran sejarah nasional. Kedua, tetap menjadikan sejarah lokal masuk ke dalam mata pelajaran sejarah nasional. Ketiga, penekanan pada metode pengajaran atau materi tambahan di sekolah.
Dari alternatif-alternatif itu Pemprov Banten perlu mengambil langkah khusus untuk memulai menjadikan Sejarah Lokal sebagai pelajaran tersendiri, disamping Sejarah Nasional. Karena dua pilihan terakhir sebenarnya sudah berjalan. Terbukti tidak efektif untuk kepentingan sejarah lokal. Oleh karena itu menjadikan pelajaran sejarah lokal sebagai pelajaran tersendiri menjadi prioritas utama untuk "mendobrak" kesadaran sejarah di Banten. Pada gilirannya akan melahirkan beberapa efek positif, misalnya munculnya penulis-penulis sejarah lokal, penerbitan-penerbitan lokal, dan meningkatnya kajian-kajian kebantenan.
Salah satu langkah yang tidak boleh diditnggalkan pada tingkat pelaku pendidikan, khususnya guru, sangat menarik saya kira mengajak langsung siswanya ke lokasi Banten Lama ini. Biarkan mereka melihat, merasakan kemegahan maha karya pendahulunya. Sekaligus siswa juga bisa melihat jejak kekejaman penjajah yang telah membumihanguskan Kesultanan Banten yang sekarang hanya tersisa puing-puingnya saja. Metode ini "wajib" dilakukan oleh guru sejarah lokal nantinya.
Kesadaran sejarah yang terbangun di sekolah pada gilirannya akan menjadi kesadaran sejarah yang massif ke depan. Memang tidak bisa dipungkiri sangat lambat, namun sangat efektif. Karena masyarakat Banten masa depan tidak lain adalah generasi yang berada di sekolah saat ini. Mereka menentukan Banten masa depan. Jika dari sekarang, mereka sudah kita bekali dengan pengetahuan dan kesadaran sejarah Banten, maka kesadaran itu mengendalikan gerak langkahnya ke depan. Sehingga Banten Lama akan tertata dengan baik, Istana Surosowan, Kaibon, benteng Speelwizk, tidak lagi menjadi lapangan sepak bola.
Tidak kalah pentingnya seluruh anggaran yang dialokasikan untuk menata kembali Banten Lama nantinya, tidak akan menghilangkan nilai kesejarahannya, jika kesadaran sejarah sudah menjadi kesadaran kolektif seluruh masyarakat Banten. Semoga.
Penulis adalah Pengajar Sejarah Kebudayaan Islam di MTs/MA Al-Khairiyah Karangtengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H