Mohon tunggu...
Aya Shofia
Aya Shofia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Do what makes you smile! That's all.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Penyesuain Diri Masyarakat di Kala Pandemi Covid-19

15 November 2020   08:36 Diperbarui: 15 November 2020   09:47 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejalan dengan teori Talcott Parsons mengenai fungsionalisme struktural, masyarakat sebagai aktor dalam sistem sosial berperan penting untuk saling bekerja sama dalam menaati protokol kesehatan dengan baik akan menekan laju penyebaran Covid-19. Dengan begitu tak hanya untuk melindungi diri sendiri, tetapi juga melindungi orang lain. 

Kita hidup bermasyarakat dengan bersosialisasi satu sama lain, maka dari itu diharuskan menjaga satu sama lain. Bila hanya beberapa yang menaatinya dan lebih banyak masyarakat yang melanggar, maka tidak mewujudkan keseimbangan dan akan lebih banyak yang terjangkit Covid-19. Memang terdapat perubahan yang dirasakan selama pandemi ini, namun tidak menutup kemungkinan untuk dapat tetap bersosialisasi.

Di dalam masyarakat memiliki perannya masing-masing dalam mewujudkan penerapan protokol kesehatan. Dimulai dari keluarga yang paling terdekat, orang tua berperan dalam mengedukasi anak dan mencontohkan dengan baik mengenai menjaga kebersihan dan kesehatan, memberitahukan bagaimana situasi saat ini bila tidak mematuhi aturan kesehatan.

Setelah proses sosialisasi ditanamkan nilai dan norma, maka proses internalisasi ini akan menguat. Di lingkungan sekitar pun didukung mensosialisasikan mengenai Covid-19.

Dengan adanya kerja sama antara peran pemerintah dan masyarakat akan mewujudkan keseimbangan dan memberikan manfaat satu sama lain. Namun, bila salah satunya tidak dapat bekerja sama dan tidak melaksanakan perannya maka akan terjadi ketidakseimbangan. Maka tidak hanya masyarakat saja yang menaati aturan, pemerintah pun juga sama. 

Lalu, Pemerintah memberikan bantuan melalui RT/Rw yang disalurkan kepada masyarakat dan harus tepat sasaran. Masyarakat dan pemeritah sama-sama menjaga amanat yang diberikan.

Pemerintah telah membuat kebijakan yang baru, yaitu Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) yang menggantikan istilah New Normal. Dilansir dari Liputan6 (16/7/2020) Adaptasi yang dibutuhkan bukan berarti menghindari tempat tinggal untuk pindah ke tempat baru yang bebas Covid-19, bukan juga mengurung diri terus menerus agar tidak terpapar Covid-19.

Walau hidup di tengah pandemi Covid-19, masyarakat tetap dapat hidup, beraktivitas, mencari nafkah, refreshing, beribadah, dan belajar dengan menerapkan kebiasaan baru.

Teori fungsional melihat manusia dalam masyarakat sebagai ditandai oleh dua tipe kebutuhan dan dua jenis kecenderungan bertindak. Demi kelanjutan hidupnya, manusia diharuskan untuk bertindak terhadap lingkungan, baik dengan cara menyesuaikan diri pada lingkungan itu atau menguasai dan mengendalikannya.

Dengan diberlakukan kebijakan tersebut diharapkan masyarakat dapat tetap menaati protokol kesehatan, bukan berarti dibebaskan seperti kehidupan yang normal. Masyarakat diharapkan dapat beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa Parsons melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang mana tiap unsur saling mempengaruhi, saling membutuhkan, dan bersama-sama membangun totalitas yang ada, serta bertujuan untuk mewujudkan keseimbangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun