Mohon tunggu...
Halimatus S
Halimatus S Mohon Tunggu... Guru - Hanya Hamba

Akal yang selalu mencari cara, Kaki yang selalu melangkah dan Hati yang selalu Berdo'a

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Self Compassion", Upaya Menjaga Kesehatan Mental

4 September 2019   13:43 Diperbarui: 4 September 2019   13:54 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa cemas merupakan rasa yang ditimbulkan oleh mekanisme alamiah jiwa saat terdapat kondisi bahaya yang hendak menghampiri diri kita. Freud mengatakan bahwa secara alamiah manusia memang menghindari bahaya, kecemasan bisa menjadikan alarm diri kita untuk berbenah dan menghindari bahaya. 

Namun sayangnya, banyak pribadi yang kurang bisa mengelola  rasa cemasnya, mulai dari sumber yang kurang jelas dan pengendalian diri yang kurang tepat. Dampaknya, kesehatan mental kita akan rawan kurang baik. Hal ini universal untuk setiap insan, termasuk generasi muslim.

There is no health without mental health. Karena dengan adanya mental yang sehat akan memungkinkan orang untuk menyadari potensi mereka, mengatasi tekanan kehidupan yang normal, bekerja secara produktif dan berkontribusi pada komunitas mereka, begitu penjelasan WHO mengenai pentingnya kesehatan mental. Oleh sebab itu, kesehatan mental yang terganggu tidak bisa di remehkan, bisa menyebabkan kurang produktif dan minimnya kontribusi pada peran-peran yang ditopang individu dalam pembangunan masyarakat.

WHO menyebutkan bahwa 1 dari 4 orang akan menderita gangguan mental selama masa hidup mereka bahkan WHO menyebutkan bahwa depresi akan menjadi beban global kedua setelah gangguan jantung.  Dalam Depression and Other Common Mental Disorder, pada Global Health Estimate Geneva di tahun 2017 menyebutkan bahwa jumlah kasus gangguan mental di Indonesia Sebaganyak 9.162.886 kausus atau 3,7% dari populasi. 

Pada data Riset Kesehatan Dasar Nasional 2013, disebutkan bahwa prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia mencapai 1,7 per 1000 penduduk. Sementara untuk gangguan jiwa emosional seperti perubahan psikologis, gangguan kecemasan, stres, depresi yang levelnya lebih ringan daripada gangguan jiwa di atas mencapai 6% usia 15th keatas. Jika menurut BPS jumlah penduduk usia produktif Indonesia mencapai 111.4777.447, maka ada 6.688.646,8 jiwa penduduk Indonesia yang kesehatan mental emosionalnya kurang baik.

Angka ini tentu bukan angka yang sedikit, 6 juta jiwa merupakan 2.5 kali lipat penduduk surabaya, bisa kita bayangkan jumlah tersebut bisa lebih banyak dari jumlah penduduk dalam 1 kota, tentu produktifitas pembangunan akan terhambat. 

Mereka yang menderita kesehatan mental emosional lebih banyak di dominasi oleh para pekerja, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan (Kemkes) dr.Fidiansjah mengatakan, kelompok masyarakat yang paling rentan mengalami depresi dan gangguan mental tertinggi adalah pekerja. 

Penelitian menunjukkan, sebanyak 14,7% atau 1 dari 6.8 orang bekerja mengalami masalah kesehatan jiwa di tempat kerja. Lebih dari 10% pekerja mengajukan cuti dikarenakan depresi. (2017)

Pada UUD no 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa menyebutkan bahwa pemerintah turut serta aktif[1] dalam mewujudkan kesehatan mental yang optimal melalui upayan promotif,  preventif, kuratif dan rehabilitatif pada segala lapisan masyarakat, mulai dari keluarga, sekolah, tempat kerja, dan lingkungan masyarakat secara keseluruhan. 

Pemerintah melalui BPJS JKN-KIS penderita kesehatan mental berat bisa diberikan beberapa fasilitas kesehatan, bahkan di tahun 2014 mencapai 20ribu kasus rawan jalan dan 5ribu rawat inap dan mencapai 56,3 Milyar untuk rawat jalan dan 310 Milyar untuk rawat Inap.[2]

Menghadapi tantangan dan tekanan dalam perjalanan peran merupakan suatu keniscayaan. Tidak pernah ada kisah orang hebat yang berakhir dengan keluhan, selalu ada episode bangkit dan menghadapi tantangan dan kegagalannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun