Kisah-kisah para Nabi dalam Al-Qur'an beberapa diantaranya menjelaskan praktik diplomasi. Diantara kisah yang ada salah satunya ialah kisah Nabi Sulaiman dalam berkomunikasi dengan Ratu Negeri Saba' dan para pembesar-pembesarnya. pada kisah nabi Sulaiman ini terdapat cara yang berbeda dibandingkan dengan kisah-kisah nabi lainnya dalam hal berdiplomasi. Tekhnik yang digunakan Nabi Sulaiman sendiri adalah diplomasi persuasif.
Pada ayat 22-23 Al-Qur'an Surah An-Naml dijelaskan, Â Hud-Hud datang kepada Nabi Sulaiman dan berkata "aku telah mengetahui sesuatu yang belum kamu ketahui, aku datang kepadamu dari Negeri Saba' membawa sesuatu berita yang meyakinkan", "Sungguh kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka dan dia dianugerahi segala sesuatu dan memiliki singgasana yang besar".Â
Namun wanita tersebut dan kaumnya tidak menyembah Allah SWT melainkan menyembah matahari. Â Setelah mendapat berita dari Hud-Hud Nabi Sulaiman AS tidak hanya tinggal diam dan ingin membuktikan dengan sendiri maka dari itu nabi Sulaiman memerintahkan Hud-Hud untuk mengantarkan surat kepada Ratu tersebut. Dalam keadaan seperti ini nabi Sulaiman menggunakan tekhnik Diplomasi Persuasif dan bisa disebut dengan soft diplomacy. Surat itu kemudian sampai dan dibaca oleh Ratu Balqis yang berisi :
"Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, surat ini adalah daripadaku, Sulaiman. Janganlah kamu bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku. Datanglah sekalian kepadaku berserah diri".Â
Setelah dibacanya surat tersebut Ratu Balqis mempunyai keunikan tersendiri dalam memerintah kaumnya ia mengumpulkan para bala tentaranya dan memberitahu isi dari surat tersebut yang tercantum dalam Al-Qur'an 30-31. Ratu Balqis bermusyawarah dengan para pembesar-pembesarnya dan meminta pendapat mereka. Maka para pembesar menjawab bahwa mereka (seluruh kerajaan ratu balqis) memiliki kekuatan dan keberanian yang besar untuk berperang apabila memang diperlukan, namun keputusan tetap ada ditangan ratu Balqis.
Maka dari itu ratu Balqis harus mempertimbangkan dengan baik terkait keputusannya. Maka kemudian ratu Balqis memutuskan untuk memberi hadiah berupa upeti kepada raja Sulaiman, yang mana perbuatannya ini kemudian ditolak oleh raja Sulaiman sendiri karena raja Sulaiman hanya membutuhkan kepatuhan ratu Balqis kepada Allah SWT sebagai pengatur alam semesta.
Karena penolakan dari Raja Sulaiman terkait hadiah yang diberikannya, akhirnya ratu Balqis memutuskan untuk pergi sendiri ke istana raja Sulaiman untuk menemuinya. Nabi Sulaiman mengetahui bahwa ratu Balqis sedang dalam perjalanan menuju istananya, namun Nabi Sulaiman pun tahu bahwa ratu Balqis masih menyiman keragaun dalam dirinya untuk menyatakan tunduk dan berserah diri.
Maka Sulaiman pun berpikir untuk mencari cara bagaimana agar ratu Balqis dapat mempercayai kekuasaan Allah SWT. Tiba-tiba Sulaiman mendapat sebuah ide, yaitu dengan membawa singgasana ratu Balqis kepada raja Sulaiman dengan sekejap sebelum ratu Balqis sampai pada istana Sulaiman. Hal ini dijelaskan dalam surat an-Naml ayat 38 yang artinya : Berkata Sulaiman: 'Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri."Â
Masalah singgasana ini dapat dibilang sebagai sesuatu yang krusial dalam misi diplomatik Sulaiman, karena sebagaimana yang ditulis dalam Al-Qur'an bahwa kaum Saba' ini memang dianugerahi segala sesuatunya dan memiliki singgasana besar yang dikagumi oleh banyak negeri lain. Maka dengan membawa singgasana kaum Saba' ke istana raja Sulaiman adalah hal yang dapat meruntuhkan kesombongan mereka.
Terkejutlah Ratu Balqis ketika sampai di istana Raja Sulaiman dan ia berkata "Seakan-akan singgasana ini adalah singgasanaku", Sulaiman berkata kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca". Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam".
Betapa pentingnya menyampaikan sesuatu dengan cara diplomasi damai sebagaimana diplomasi yang dilakukan nabi Sulaiman ini, bukan dengan kekerasan, apalagi harus menentukan hak hidup mahluk Tuhan.