Mohon tunggu...
Yusuf Baktihar
Yusuf Baktihar Mohon Tunggu... Guru - Early Childhood Educator

parenting tips, dunia anak dan cerita orang-orang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Depresi Parenting. Anakku Pakai Popok, Istriku Malas Nyuci

18 Juni 2022   15:34 Diperbarui: 18 Juni 2022   15:48 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalian sudah pasti bisa membayangkan jika ada sekumpulan ibu-ibu yang menyuapi anak sambil menggendong keliling kampung. Alasannya agar anak mau makan dan itu sangat wajar.

Tapi masalahnya adalah, jika ada satu anak yang terlihat berbeda, maka akan ada komentar negative yang keluar dari mulut mereka. Anakku pakai popok, istriku dibilang malas nyuci.

Bertambahlah beban depresi istriku sehingga membuatnya merasa semakin tidak berguna dan tidak berjasa apa-apa untuk anak. Pada kondisi seperti itu, istriku tanpa sadar mengungkit usahanya dari mulai melahirkan, menyusui sampai sakit-sakitan demi anak. Aku sebagai kepala rumah tangga hanya bisa menarik nafas, semoga istriku kuat.

Orang yang menderita penyakit mental memang cenderung lemah secara batin. Ibarat luka pada kulit, akan terasa perih ketika tersenggol sesuatu meskipun sangat lembut.

Bukan karena senggolan itu tajam, tapi karena permukaan kulit itu yang masih memar. Begitu pula batin. Kita tidak tahu luka batin seseorang. Maka sangat logis ketika ada singgungan walaupun sedikit, akan terasa sangat menyakitkan.

semua orang memiliki gaya pengasuhan anak yang berbeda. Tidak menutup kemungkinan bahwa landasan bersikapnya itu didasari oleh pertimbangan internal, bukan teori yang umum dipakai orang.

Di kota sangatlah wajar jika anak pakai popok, tapi di kampung tidak. Itu yang membuat istriku kesulitan untuk menjelaskan seputar popok.

Di kampung itu pekerjaan seorang ibu sangatlah berat. Cuci baju, masak dan mengurus anak. Semua akan dijalani meskipun kewalahan. Tetapi di kota, orang cenderung mencari cara yang mudah dan tidak peduli dengan umumnya orang-orang. Cuci baju bisa diganti laundry, masak bisa diganti dengan membeli lauk. Jadi selama tidak mengganggu finansial, orang kota akan mencari cara untuk hidup sesimpel mungkin.

Kami pindahan dari kota ke kampung. Gaya hidup kota masih sering terbawa. Secara hitungan keuangan, masak sendiri dan beli lauk untuk bertiga itu ternyata lebih hemat beli lauk. Kami sering beli lauk matang, belanja popok dan kebutuhan lainnya yang tidak umum terjadi di kampung.

Jadi wajar bila istriku merasa sangat berat dengan kondisi lingkungan. Di kota kita bisa hidup masing-masing. Tapi di kampung tidak. Istriku sangat kewalahan dengan perubahan budaya itu.

Aku tidak menganggap bahwa hidup dengan istri yang mengalami depresi berat itu sebagai masalah hidup. Aku anggap itu adalah bagian dari perjalanan yang harus aku tempuh. Dan aku yakin, semua orang memiliki ceritanya masing-masing. Hanya saja, orang begitu pandai menyimpan dukanya sehingga akan terlihat selalu bahagia di depan orang banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun