Apakah kalian pernah mengalami momen di mana anak itu susah menerima arahan positif, tetapi malah dengan mudah meniru hal-hal negatif? Misalnya diajari lagu anak tidak mau, tapi tidak sengaja mereka mendengar lagu dewasa dari rumah tetangga malah langsung bisa.
Atau ketika kita mengenalkan bahasa sopan santun, eh si anak secara fasih mengucapkan bahasa kotor. Semua nama hewan di kebun binatang keluar dari mulutnya. Jika kalian pernah mengalami itu, atau minimal melihat kejadian serupa di lingkungan masyarakat, mari kita sama-sama pelajari.
Kita sama -sama mengakui bahwa di dalam tumbuh kembang dunia anak itu ada ahlinya. Sangat banyak metode dan penelitian sehingga muncul teori-teori ilmiah dari para pakar. Kecenderungan kita adalah menganggap bahwa itu tidak penting.
Memang benar sih, jika kita tidak memakai teori itu tidak akan mengganggu pertumbuhan anak. Mereka masih tetap sehat, mereka masih tetap bahagia. Ini alasan mengapa banyak orang tua yang secara finansial mereka mencukupi kebutuhan anak, tapi secara teknik mereka kelabakan.
Kita kesulitan menasehati anak, kan? Padahal menurut kita nasehat itu benar dan bahkan pernah dinasehatkan oleh orantua kita dulu. Tapi kok jadi gagal dan tidak sampai pada anak- anak?
Pernah, kah kita menganalisa apakah bahasa yang kita gunakan itu terlalu rumit untuk mereka? Pernahkah kita mencoba mencocokkan nasehat dan usia, sebab beda usia beda juga kebutuhan nasehatnya?
Jika kita belum pernah melakukan itu, maka wajar jika kita kesulitan untuk mengarahkan anak. Setiap anak terlahir jenius, tapi kesalahan dalam teknik pengajaran yang kita lakukan itu justru membuatnya menjadi biasa saja. Kita terlalu egois dan memaksakan kehendak. Seringkali malah kita menasehati atau memberi arahan kepada mereka dalam keadaan emosi.
Yang mengherankan lagi adalah, kita bisa mengontrol emosi ketika berbicara kepada rekan kerja atau orang lain. Tapi kepada anak justru malah asal-asalan.
Jika orang tua sudah mulai mempelajari bahwa dunia anak itu ada pengetahuannya. Berkomunikasi dengan anak juga ada seni dan tekniknya, maka tidak akan sulit mereka menyampaikan arahan.
Lalu mengapa anak-anak lebih mudah meniru hal negatif?
Coba perhatikan cara mereka bermain. Sesuatu yang dilakukan dengan sangat menyenangkan, akan mudah diingat dan tidak ada penolakan. Mereka sangat bahagia sehingga apapun yang masuk ke telinganya sama sekali tidak mudah hilang.
Lagu dewasa yang diputar oleh tetangga pun akan gampang mereka ingat. Perkataaan jorok dan negatif orang juga gampang ditiru. Kita tidak bisa memfilter anak dari pengaruh dunia luar.
Tapi kita bisa mempelajari dunia anak dengan lebih serius, sehingga anak bisa dengan sendirinya memiliki kemampuan mengolah mana yang baik dan yang buruk secara alami.
Yusuf Baktihar, Trainer Tumbuh Kembang Anak dan konten kreator Ayah Ngemong Youtube Channel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H