Mohon tunggu...
Ayah Yahya
Ayah Yahya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekolah Penyebab Krisis Pangan

3 April 2018   20:24 Diperbarui: 3 April 2018   20:45 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah lumrah diketahui, pendidikan umum (sekolah) saat ini sangatlah berhubungan dengan dunia industri. Betapa tidak, setiap lulusan dari institusi pendidikan umum manapun di setiap jenjang diproyeksikan untuk menjadi barisan pekerja dalam tatanan manusia modern saat ini. Terlebih, dengan semakin meratanya pendidikan umum di penjuru daerah, menyisakan salah satu masalah krusial yang belum ditelaah banyak pihak, yaitu; Ketahanan pangan.

Mengapa bisa? ya, sangat mudah diterka. Sekarang, setiap anak yang telah mengeyam pendidikan di sekolah akan bermimpi untuk bekerja kantoran. Anak di desa merantau ke perkotaan sebagai pusat setiap perkembangan. Dalam mimpi banyak anak sekolahan, kehidupan mereka di masa depan adalah memiliki pekerjaan dengan penghasilan tetap, berpakaian rapi dan resik, duduk manis di depan komputer/gadget, hidup di rumah yang nyaman di tengah perkotaan dengan memiliki kendaraan di garasi. Salah? tentu tidak.. tapi, mari kita simak lanjutannya.

Kembali, jika pendidikan semakin merata, setiap anak memiliki akses yang sama akan mimpi menjadi "orang modern". Maka di masa depan, akan muncul kekosongan generasi yang menggarap bidang pertanian atau peternakan. Silahkan tengok di pedesaan di daerah satelit sekitar kota pembaca, adakah anak muda yang sedia menggarap sawah? Tak banyak, bahkan langka. Hampir semua generasi yang dididik dengan pendidikan "modern" sekarang tengah bermimpi untuk menjadi "orang kota", mereka sangat gengsi untuk menggarap hal teknis di ladang.

Sekarang, mari bayangkan keadaan kita di masa depan. Apakah mungkin bagi kita untuk mendapatkan sumber pangan yang melimpah dan murah bila tidak ada yang menggarap? Sulit. Boleh jadi kita sekarang beranggapan, "bukankah kita  bisa mengembangkan teknologi untuk mengolah pangan?" dan "mempekerjakan para ahli agar pangan dapat diproduksi dengan semakin efektif". Ya, tentu saja.. namun pada akhirnya, hal tersebut membutuhkan modal yang tak sedikit, yang akhirnya akan melambungkan harga pangan. Penghasilan masyarakat meningkat, diimbangi dengan harga kebutuhan pokok yang juga meningkat, bukankah tampak seperti pertumbuhan ekonomi yang semu?

Sebagaimana dikatakan sebagian pengamat, negara-negara maju (industri) saat ini tengah mengalami krisis pangan sehingga melirik Indonesia yang kaya akan sumber daya alam. Sepatutnya hal ini pula yang diamati oleh para praktisi pendidikan dan ekonomi. Akan tiba masanya generasi usia pembelajar saat ini, ramai-ramai meninggalkan desa, menjual aset di pedesaan untuk kebutuhan hidup modern di perkotaan. Saat itulah masyarakat akan mengalami krisis sebenarnya. Tidak memiliki aset riil.

Lalu bagaimana pendidikan menjawab masalah ini? Mari semua pihak menimbang-nimbang untuk kebijakan pendidikan dan masa depan rakyatnya sendiri. Bila pun tidak, masing-masing orangtua, mari ajarkan anak2 untuk menggarap lahan sebagai aset riil mereka di masa depan. Bila memiliki kesulitan untuk mengajarkan anak-anak, mari bersama-sama dukung pendidikan alternatif yang mengajarkan bercocok tanam dan beternak di kurikulumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun