Ini pertama kali saya menghadiri Kompasianival (yang jauh-jauh hari sudah saya niatkan), sebuah perayaan ulang tahun ke-16 Kompasiana, sekaligus pertemuan para penulis sejagat maya. Tahun kemarin pas saya menjadi salah satu nomine (dan menang) tidak dapat menghadirinya. Berangkat siang dari Serang dan sampai di Commune Space - Chillax Sudirman, tempat acara, sudah sore. Setelah registrasi saya melihat ke sekeliling, barangkali ada yang saya kenal.
Suasana begitu ramai. Ada yang duduk-duduk di kursi, ada pula yang lesehan.
Agak gugup, lansia seperti saya ditelan keriuhan anak-anak Gen Z. Untunglah sebelum pingsan berdiri saya disapa Kompasianer Fery Widiatmoko, dibawa menemui para kompasianer yang duduk-duduk di kursi sambil memerhatikan acara di panggung.
Bertemu Kompasianer Budi Susilo. Juga berkenalan dengan kompasianer yang lain. Ada Andriyanto, Billy, Jandris, Jujun Junaedi, Irvan Syafari, Erry Yulia Siahaan, Novia Respati, Edward Horas, dan lainnya saya lupa.
Melihat ke arah panggung. Ada narasumber yang berbicara; selintas berbicara soal perkeretaapian. Suara di dalam bergema, kurang jelas. Juga saat tampil Ratih Kumala (pengarang novel Gadis Kretek) dan sutradara film Budi Pekerti, Wregas Bhanuteja.
Saya pindah duduk lesehan, melihat ke panggung utama. Tetap saja perhatian saya terpecah melihat lalu-lalang para kompasianer, booth-booth yang mengelilingi ruangan, perbincangan sekelompok-sekolompok. Sekilas tertangkap bagaimana Wregas Bhanuteja menerangkan cara pengambilan adegan dengan memerhatikan bantuan cahaya untuk memperkuat karakter pemain.
Juga Ratih Kumala. Dia menanyakan, "Apa di sini ada yang suka menulis?" Apa dia kurang paham kalau dia berada di tengah pesta para penulis?
Barangkali ke depannya acara semacam ini tidak dilakukan di panggung utama. Lihat saja acara sekelas Piala Oscar (cailah, Oscar cuyy), atau FFI. Atau penghargaan insan musik. Panggung utama pure hiburan, dan puncaknya pengumuman siapa-siapa yang terbaik. Takada tuh tutorial bagaimana cara akting yang baik, bagaimana membuat lagu, dan sebagainya.
Di lesehan ini saya bertemu Ari Budiyanti, Tutut Setyorinie, Dina Amalia, Joko Widiatmoko. Dan ...! Hey, itu 'kan Wida Karina?
Saya menghampirinya, mengenalkan diri. Seperti kita ketahui Gen Z saat ini banyak yang desperate soal kerja. Saya yang sudah lansia tentu harus lebih pandai-pandai bagaimana memecah buih di atas gelombang. Maka perlu "merayu" ordal semacam Wida agar nanti saat saya menayangkan puisi atau cerpen langsung HL. Hehehe.
Saya juga bertemu dengan Akbar Pitopang (Kompasianer of the year), Erry Subakti, juga perempuan cantik di sampingnya, kompasianer juga (Langit Queen?). Bersalaman dengan dosen cantik pemenang spesifik interest, yang ulasannya soal film selalu menarik, Siska Fajarrany (disclaimer: untuk melihat yang bening-bening seperti ini mata lansia saya keakuratannya masih mendekati 100%).
Sempat foto bareng dengan Kepala Suku Kompasiana, Nurullah. Benar, Nurullah memang menganut faham, baik hati, rajin menabung, dan tidak sombong. Ada juga Yon Bayu, yang penampilannya nyeniman banget. Tak lupa Veronica Gultom, dan "anggota geng motor" Erni Purwitasari (Denik).
Siapa lagi? Bingung, banyak yang akan ditulis sebenarnya. Sudah, kamu tambahkan saja nama kamu sendiri.
Saya sebenarnya ingin bertemu dengan Itha Abimanyu (Best in Fiction), sayangnya dia tidak hadir. Saya berharap bisa saya saling tukar tips keromantisan (maksudnya, saling berbagi cara menulis puisi romantis; curiga aja lu).
Felix Tani, aha, ke mana sosok perusuh satu ini? Saya ingin menanyakan kepadanya, sesama lansia, merek minyak kayu putih atau balsem apa yang cocok untuk memasuki musim penghujan sekarang ini. Barangkali juga Felix telah menemukan teknologi terbaru, bagaimana kerokan yang efektif. Kerokan menggunakan remote, misalnya.
Selanjutnya? Mungkin akan berhenti sampai di sini atau bersambung, kita tidak tahu. Tapi dunia literasi tak boleh "mengenal" tanda titik, dia harus selalu bertemu "tanda koma". Lahir, tumbuh, berkembang, menghilang. Datang dan pergi. Tak apa, karena akan selalu lahir berbagai cerita pada setiap masanya. Semuanya disatukan dengan satu kata: Cinta.
Seperti tema Kompasianival kali ini: Every Story Matters. Kaupikir aku tahu artinya? Nggak!
***
Lebakwana, November 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H