Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kemudian Aku Menulis Puisi tentang Perempuan, Emak, Juga Dirimu

2 Agustus 2024   16:18 Diperbarui: 2 Agustus 2024   21:50 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang perempuan yang sedih. Foto oleh Felipe Cespedes/ Pexels 

Puisi ini kutulis dua jam lagi
jelang tengah malam
Soal Emak yang cepat lelah
tentang dirimu yang gundah
dan hal perempuan yang penuh
keluh-kesah
"Harga-harga di pasar yang tak terkendali."
Entah siapa yang bersuara: dirimu, Emak,
atau seluruh perempuan

Jangan cerita soal rindu, katamu
Persediaan air mata sudah habis,
Emak berkata pada suatu malam yang sunyi
Rindu terkadang kehilangan rumah,
Seorang perempuan, entah kepada siapa
Dan cinta hanya topeng bagi si Keparat     Jadi jangan mudah menangis 

Karena air mata hanya indah dalam puisi

Pukul 24.00

Emak tentu sudah tidur
Kamu sendiri sudah lupa caranya mendengkur
Perempuan lain mungkin tak peduli
atau sedang menyesali
kenapa tidak terperhatikan
nasi menjadi bubur

Aku sendiri mendengar Emak,
melihat dirimu,
juga perempuan yang lain

Kemudian aku menulis puisi
Itu pun orang-orang tak mengerti

***

Lebakwana, Agustus 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun