Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Siklus yang Terhenti

29 Juli 2024   16:14 Diperbarui: 29 Juli 2024   16:33 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Siklus yang Terhenti. Foto oleh Minko2507/ Pixabay 

Sehelai daun lepas
melayang-layang
Kemudian ada tiga lagi
Lalu banyak
Ditimpa musim
kering, lembab,
hancur
menjadi humus

Seekor burung terbang
menjatuhkan biji-bijian
Cuaca yang silih berganti
kemarau, hujan,
basah
Tumbuh tunas
Besar, makin besar
Keluar cabang
lalu ranting, daun
Rimbun
Kemudian angin
Sehelai daun jatuh
Tiga lagi, banyak lagi
Musim datang dan pergi
Lembab, menjadi humus

Seekor burung terbang
Tak sempat menjatuhkan
bijian-bijian
Ia menggelepar
Disambar api
dari hutan
yang terbakar

***

Lebakwana, Juli 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun