Setelah sering berpindah rumah aku
mencatat banyak bahasa dari para tetanggaku
Aku selalu menemui kalimat-kalimat yang mirip
Dari ungkapan yang selalu ingin tahu,
tak peduli, bikin ribut dengan alasan
yang sepele, iri, atau bahasa-bahasa baik
dari orang-orang yang baik
Ada juga yang bisu
Bisu dalam arti hanya sibuk dengan diri
sendiri
Tak berucap, tak pernah menyapa,
Tak mau kenal dengan tetangga
Tak apa, mungkin kalau dia nanti mati
ia akan menguburkan dirinya sendiri
Di media sosial lain lagi ceritanya
Tetangga jauh terasa dekat
Grup percakapan dengan anggota
beraneka sifat
: Yang lucu, yang mengacau, yang
mengintip, yang tak berkomentar apa-apa
Yang datang yang menghilang
Dan beranda lain di lini masa
Ada terlihat wajah,
ada gambar berbentuk entah
Kadang nama sebenarnya,
tak jarang dengan sebutan liar,
jalang dan menantang
Si pendiam mudah menghamburkan
kata-kata menghujam
Terlihat bijak, padahal sedang mengasah
lidah untuk membelah puak-puak
Menjadi pengikut tanpa pikir
Buat batas-batas
: Aku di sini, kau berpihak kepada siapa
Kalimat-kalimat bebal asal viral
Baru, nyeleneh, atau bahkan lucu
Dari tak tahu jadi mengerti
Yang mengerti pun bingung
tak tahu ke mana harus menyiasati hati
Bisa sejuk laksana embun pagi
Kadang membakar lebih daripada api
Tetangga-tetangga datang silih-berganti
Bahasa-bahasa tumbuh tiada henti
***
Lebakwana, Juli 2024