Ini serius!
Jangan sembarangan bercerita soal rindu di Kompasiana. Karena diksi "rindu" dapat mengganggu interaksi sesama Kompasianer (lihat sekali lagi ilustrasi di atas).
Jangan tertawa. Ini bukan sesuatu yang lucu, walaupun artikel ini aku masukkan ke kanal humor. Ini fakta.
***
Kemarin pagi grup WA KPB sedikit gempa bumi. Ini terjadi saat Kompasianer Siska Artati curcol di grup. Ia mempertanyakan, sekaligus terheran-heran, kenapa puisinya dikarantina.
Ini puisi, lho. Bukan artikel politik. Puisinya pun hanya bercerita soal rindu. Takada yang aneh dalam puisi itu. Memang ada diksi candu dalam bait puisinya. Tapi itu kan metafora. Bukan arti sebenarnya. Lengkapnya baca di sini.
Tahun politik membuat banyak orang mudah curiga, termasuk "mesin" Kompasiana. Gampang sensi. Bahkan untuk sebuah puisi. Itu pun hanya bercerita soal rindu.
Mungkin Mimin telah diracuni Dilan, bahwa rindu itu berat hingga nggak bakalan kuat menanggungnya. Kalau Mimin nggak kuat biar aku saja.
Rindu memang bertetangga dengan cinta. Karena rindu menimbulkan cinta. Atau cinta yang menyebabkan rindu. Dan cinta bisa membunuhmu, kata Band D'Masiv.
Dan Mimin rupanya tak ingin terbunuh oleh cinta. Kasihan 'kan dengan para Kompasianer pemburu K-reward?