Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Republik Baliho

8 November 2023   05:11 Diperbarui: 8 November 2023   05:55 1492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sebuah baliho. Gambar oleh Taufiq Syarifudin | TRIBUNJOGJA.COM

Tersebutlah seorang paman
Berusaha membersihkan jalan
Agar sang keponakan bisa melenggang
Tanpa hambatan
Mudah memasang baliho
Bergambar dirinya
Dengan jumlah beribu-ribu
Dengan janji yang akan ditunaikan
Nanti dulu

Demikianlah cerita
Tentang negeri yang dikerat sedemikian rupa
Hanya untuk memenuhi hasrat kuasa
Untuk anak
Menantu sekeluarga

Ada pula seorang begawan
Yang dulu mendukung
Tanpa mata
Mungkin euforia
Hingga lupa menggunakan isi kepala
Kini menyesal merasa tertipu
Di depan kamera
Menangis tersedu-sedu
Kenapa ada mahkamah
Menjadi milik keluarga

Baca juga: Republik Medsos

Layaknya begawan
Harus berbijak-bijak dengan kata
Mencatat dari pinggir-pinggir saja
Hingga dapat memandang
Dengan jernih
Ke tengah arena

***

Lebakwana, November 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Republik Entah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun