Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

A Man Called Engkong

29 Oktober 2023   19:52 Diperbarui: 29 Oktober 2023   19:58 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujurly aku tidak bisa berbahasa Inggris.

Lha, kenapa judulnya menggunakan bahasa Inggris? Halah, itu kan bisa plagiat dari judul-judul film. Ada film yang judulnya A Man Called Hero. Di Indonesia ada film A Man Called Ahok. Tinggal ganti kata belakangnya saja. Selesai.

Tapi siapa itu Engkong?

Dia kompasianer dengan nama akun Felix Tani (kalau kamu nggak tahu berarti kurang piknik di Blog Kompasiana). Engkong adalah nama sebutan untuk rasa kangen sekaligus menjengkelkan (aku tidak tahu mana yang lebih mendominasi).

Sebutan engkong sendiri pertama kali disematkan oleh Kompasianer Khrisna Pabichara. Tujuan Daeng Khrisna adalah untuk merisak Felix Tani yang sok tahu soal bahasa dan sastra.

Berkelahilah dua gajah bahasa itu.

Baca juga: Dan Kita

Aku sebenarnya ingin nimbrung, tapi apa bukannya nanti aku hanya dicatat sebagai pelanduk yang terjepit di tengah? Itu pun kalau ada yang mencatat.

Felix Tani suka menulis masalah-masalah pertanian, sosial budaya (terkhusus) Batak, dan sesekali politik. Menulis fiksi ada juga. Baca saja serial Poltak (ini mungkin semacam alter ego dari Felix Tani). 

Engkong Felix juga menulis puisi "pura-pura" (Felix menyebutnya, pseudo puisi). Puisinya bagus? Aku nggak mau bahas. Besar kepala nanti dia.

Tulisannya cerdas, disajikan dengan bahasa yang seperti main-main. Mengalir enak. Walaupun sesekali terselip istilah atau ungkapan yang membuat lidahku terkilir saat membacanya. Aku yang bukan "anak sekolahan" kadang agak lama mengunyah-ngunyah, agar isi kepalaku bisa mencernanya.

Hal-hal yang ringan bisa menjadi bahan tulisannya. Dari percakapan di grup WA hingga merisak artikel para kompasianer.

Merisak Admin Kompasiana? Itu menu utama.

Sementara kompasianer lain "malu-malu manusia", Felix Tani langsung buka kulit tampak isi dalam merisak Admin. Batak 'kali dia. Walau artikelnya dibalut dengan humor tapi tetap saja menohok.

Bukan berangkat dari rasa benci, tapi itu gaya Felix untuk menunjukkan rasa cinta kepada Kompasiana. Ada hal-hal, menurut Felix, yang perlu dibenahi pada Kompasiana. Nanti dulu dihitung, apakah itu benar atau sekadar pelepasan kejengkelan. Tapi setidaknya ada perhatian dari seorang kompasianer. Dan itu yang membuat (salah satunya) dinamika di Kompasiana menjadi lebih bernyawa.

***

Aku bersyukur bisa mengenal Felix Tani. Aku belajar banyak darinya. Teringat nasihat emakku waktu kecil dulu. Lihat-lihat kalau mencari teman. Kamu berteman dengan pedagang minyak wangi kamu akan kecipratan wanginya. Berteman dengan Felix Tani, walaupun tidak kecipratan pintarnya, setidaknya orang tidak mencurigaiku mempunyai "DNA" agak bego.

Kami dalam satu grup WA Gang Sapi.

Aku dengan Felix sering berkelahi. Aku,  walau lebih muda takkan ewuh pakewuh menghadapinya (ingat, per hari ini Engkong Felix berumur 80 tahun. Aku 80 tahun kurang satu jam; masih muda aku). 

Pangkal pertengkaran biasanya sering dari hal-hal yang sepele. Bayangkan! Dua lansia ini (aku dan Felix) ribut hanya untuk menarik perhatian komentar dari anggota grup perempuan ayu, yang usianya seumuran dengan anak perempuan kami. Mudah-mudahan CIA tidak meretas grup WA kami.

Media sosial mengajari kami cara cerdas untuk bersembunyi tentang diri kita sebenarnya. Itu membuat kami lupa dengan umur. Soal pasangan kami di rumah pandailah kami bersiasat. Bukankah selama ini kebohongan kami tak pernah terendus. Hahaha!

Yang harus diwaspadai tentu anak perempuan kami. Mereka generasi milenial, yang tentu mereka lebih mengerti media sosial dibanding kami.

Tak dapat dibayangkan, bila tiba-tiba tanpa sengaja anak perempuan kami membuka grup WA kami. Tentu keningnya akan berlipat tujuh. Dan kami, entahlah, akan disembunyikan di mana uban dan muka keriput kami.

Dan kini, apakah aku dan Felix Tani sudah berdamai? Aku hanya ingin mengutip peribahasa Latin, si vis pacem para bellum: Mau damai, bersiap-siaplah untuk gelut.

Nah, dengan segala kelebihan dan kejengkelan yang ada pada Felix Tani, dia pantas terpilih sebagai Kompasianer of the year. Ini bukan bermaksud memprovokasi Admin, tapi sedang menghasut secara terencana. Hahaha!

***

Lebakwana, Oktober 2023

Catatan.
Ilustrasi sengaja memakai foto Tom Cruise. Biar Engkong Felix senang. Sst, jangan bilang-bilang dengan dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun