Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perhentian

5 Oktober 2023   07:10 Diperbarui: 5 Oktober 2023   07:15 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh GuSerious/ istock

Aku ingin berhenti, sebenarnya
Bagaimana melonjorkan kaki lama-lama
Menghembuskan napas lebih leluasa
Juga membubungkan doa-doa

Musim telah menua

Di manakah ada tanda titik?
Aku selalu menemui tanda koma
Boleh berhenti sejenak
Tapi sesudah itu berjalan untuk langkah selanjutnya
Aku terlalu lelah menghadapi tanda seru
yang membuat aku diburu-buru
Atau tanda tanya yang aku cuma tahu
sedikit jawabannya

Pagi ini seorang perempuan tua
Menyapaku
Hendak berpamitan, katanya
Ia seorang pengasuh anak
Tinggal di seberang rumahku
Anakku mengirimkan air mata
Tiap hari lewat dering hp, cerita perempuan tua itu
"Ibu waktunya untuk istirahat," pesan anaknya

Aku hanya mengangguk
Dan, apa yang harus kukatakan?
Mungkin aku akan menyampaikan
Takkan ada lagi suara sapu
di halaman
Setiap subuh saat aku menuju mushola
Dan bertukar sapa
"Bu?"
"Berangkat, Pak? Pulang, Pak?"

Sedangkan diriku takada yang
mengirim isyarat lewat hp
Memberi tanda titik
Kini aku dihadapkan tanda koma baru

Aku harus mempersiapkan napas lagi

***

Lebakwana, Oktober 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun