Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Di Sebuah Rumah Sakit

15 Mei 2023   06:19 Diperbarui: 17 Mei 2023   20:15 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada berharap tidak ada
Tapi letih terlalu lama
Menghimpit dada
Hingga di depan sebuah meja

Lalu-lalang yang dingin
Riuh yang cemas
Tetap ada yang mencatatnya
Isak yang gemetar:
Saya memupuk lima cinta
Setelah dewasa tak satu pun ingat rindu
Saya sakit tapi tak tahu apa yang sakit
Perempuan itu diberi nomer tunggu
Nyalakan cinta, Ibu
Agar cemas menjadi asa
Sebuah senyum mengirimkan hangat
"Apakah air mata saya perlu didiagnosa?" perempuan itu balik bertanya

Ruang tunggu penuh
(nomer siapa yang dipanggil?)
Saya sesak napas, mungkin karena
darah saya selalu meloncat tinggi;
Saya sakit jantung; Saya ginjal;
Saya tulang; Saya kepala; Saya, saya
tidak tahu mengapa harus ke sini

Saya hampir lima tahun bolak-balik
Saya putus asa
Tapi kini saya bahagia
Karena sudah tahu ke mana
arah pulang, akhirnya

Di ruang gawat darurat
Beberapa sibuk
Tubuh yang terbuka. Luka
"Kecelakaan!" terang sesuara
Perban-perban, infus, oksigen
Dokter, perawat
Sedikit perdebatan
Lalu dokter menutup cerita

Sirene ambulans berbunyi

***

Lebakwana, Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun