"Maaf, ini mungkin nasibmu yang sial. Berbagai petualangan sudah kutaklukkan. Aku ingin sensasi yang lain. Tapi perlu kau ketahui, aku sudah lama ingin merasakan bagaimana membunuh orang. Tanpa motif, tanpa kenal sebelumnya. Tentu ini ada rasa sensasi yang luar biasa. Dan kau adalah korbanku yang pertama.Â
"Oh, ya, sebelum ini kita belum pernah bertemu, bukan?" kata perempuan cantik itu tersenyum, sambil memasukkan pistol kecilnya yang masih berasap ke dalam tas yang disandangnya.Â
Sedang aku merasakan tubuhku yang gemetar, menahan agar tak ambruk ke lantai. Aku masih mendekap perutku yang penuh darah. Aku melihat perempuan itu perlahan meninggalkan tempat itu. Pandangan mataku yang semakin nanar, aku masih sempat menangkap senyum perempuan itu.Â
Sangat manis!Â
***
Lebakwana, Desember 2020.Â
Catatan. Cerpen ini pernah tayang di risalahmisteri.com, dengan judul berbeda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H