Banyak yang datang, tak sedikit pula yang menghilang. Dengan berbagai alasan, atau tanpa alasan.
Menulis, gembira-gembira, bosan, lalu menulis lagi. Kemudian bosan lagi. Itu selalu dialami para Kompasianer.
Menariknya lagi adalah saat masuk grup WA, yang anggotanya para penulis di Kompasiana. Tadinya sebatas kenal kini semakin akrab. Makin takjub karena mereka tersebar di berbagai kota, lintas provinsi, menyebrangi pulau, bahkan yang diaspora.
Bertanya kabar, berbagi cerita maupun tulisan. Saling mengucapkan selamat bahagia bila ada yang berulang tahun, atau ada anggota keluarga yang menikah. Turut berempati saat ada anggota grup (atau keluarga mereka) mengalami musibah.
Grup-grup WA seperti inilah yang sebenarnya pengikat agar bisa terus menulis di Kompasiana. Sayangnya grup-grup semacam ini kurang diberdayakan oleh Kompasiana.
Padahal ada salah satu Admin Kompasiana yang menjadi anggota. Saya tidak tahu fungsi mereka apa. Bahkan bila ada Kompasianer yang komplain jarang -- bahkan tak pernah  -- ditanggapi.
Dan tak terasa saya lebih tiga tahun menulis di Kompasiana. Pasang-surut, turun-naik, dalam menjalaninya. Masih sedikit artikel yang bisa saya tulis.
Menulis, juga hobi-hobi yang lain, laksana meledakkan cinta dari ruang kepala. Dan sumbu penyulut ledaknya adalah seribu, beribu-ribu rindu.
Dan agar cinta terus menyala dia harus selalu dihangatkan oleh rengkuhan sapa, tepuk bahu, dan -sesekali rasa kesal perlu dimunculkan. Lebih penting lagi, harus selalu belajar.
Oh, ya, ini rindu saya yang ke-451.
***