Tak masalah.
Kemudian aku dipoles oleh Tim Mas Alil. Bagaimana aku berbicara, bagaimana cara berdebat, menjawab pertanyaan wartawan. Juga saat-saat berkampanye.
Tentu saja keluargaku juga ditatar.
Tentu saja teman-teman terdekatku diberi uang lelah.
Tentu saja aku dikelilingi Tim Pemenangan Pilkada. Semuanya orang-orang Mas Alil. Aku tinggal melaksanakan intruksi mereka.
***
Seperti sudah diduga, Mas Alil (atau nama lengkapnya Kahlil Widodo) menang telak. Ia meraup suara lebih dari 80 %.
Aku sendiri beberapa bulan kemudian pindah dari Kota Drimo. Menikmati hidup dari uang satu miliar itu.
Aku memang cuma tamatan SMA, pedagang gorengan. Yang dalam catatan Dinas Tata Kota, profesiku hanya memperburuk wajah kota.
Masuk kaum marjinal. Selalu masuk daftar bila ada program bantuan pemerintah. Sering menjadi pecundang. Mungkin juga menjadi inspirasi penyair-penyair norak.
Bodoh.Â