Rusuh!
Kata saksi mata para petugas Satpol PP memukuli para pendemo. Juru bicara Pemkot mengatakan, bahwa para pendemo melakukan tindakan anarkis. Koran lokal melaporkan banyak pendemo yang terluka; 7 di antaranya masuk rumah sakit, Â termasuk diriku.
Peristiwa ini juga sempat menjadi sorotan televisi nasional. Mungkin itu sebabnya Pak Slamet, Walikota Drimo, mendadak mengunjungi pendemo yang terluka di rumah sakit. Selain itu, mungkin, Pak Walikota Slamet tak ingin meninggalkan kesan yang buruk di akhir masa jabatannya yang tinggal sebentar lagi.
Isu yang lebih penting, karena Pak Slamet ingin menaikkan anak sulungnya, Mas Alil, untuk menggantikannya. Makanya setiap ada acara-acara dari Pemkot Drimo, Walikota Slamet selalu mengajak Mas Alil.
Mas Alil sendiri, dua tahun menjelang berakhir jabatan ayahnya, sering mempromosikan diri. Setiap ada event-event budaya atau olahraga, dapat dipastikan ada nama dia di belakangnya.
Dia juga sudah sering sowan kepada tokoh-tokoh partai, hingga pada saat pendaftaran calon walikota, partai-partai itu diharapkan mendukungnya. Dan benar saja. Mas Alil tidak ada lawan, karena hampir semua partai mencalonkannya.
Sempurna!
Tapi tidak.
Itu kata konsultan politik Mas Alil. Ini berbahaya. Bisa saja nanti Mas Alil dikalahkan kotak kosong. Seperti kejadian di Makassar.
Mas Alil harus dicarikan lawan. Lewat jalur independen, karena lewat partai sudah tertutup. Akhirnya Tim Mas Alil sepakat memilih diriku.
Kenapa? Karena pada diriku terbaca jiwa pembangkang. Ada perlawanan. Ini cocok sebagai lawan tanding Mas Alil yang pembawaannya kalem. Dan yang terpenting, secara hitung-hitungan tak mungkin aku bisa mengalahkan Mas Alil.