Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Cerita Remaja dari Masa ke Masa

11 Maret 2022   23:10 Diperbarui: 13 Maret 2022   14:45 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul kumpulan cerpen Lupus. Sumber: ebooks.gramedia.com.

Saya awali dari era akhir tahun 70-an. 

Adalah Ali Topan Anak Jalanan karya Teguh Esha, menjadi fenomenal di era itu.  Ali Topan digambarkan datang dari keluarga broken home. Memberontak dengan sering nongkrong di jalanan, terutama di kawasan Blok M bersama kawan-kawannya.

Rambut gondrong, ngebut dengan motor trail, urakan tapi setia dengan teman. Jatuh cinta dengan siswi baru, Anna Karenina.

Ali Topan sepertinya potret remaja -- remaja Jakarta -- saat itu. Di era Ali Topan inilah muncul bahasa Prokem (slang dari kata preman). Masih tersisa bahasa itu hingga kini. Di antaranya,  bokap (bapak), nyokap (ibu), doi (dia; tapi dapat juga berarti pacar), dan lain-lain.

Sampul novel Ali Topan Anak Jalanan. Sumber: Ensiklopedia Sastra Indonesia.
Sampul novel Ali Topan Anak Jalanan. Sumber: Ensiklopedia Sastra Indonesia.

Ali Topan sempat difilmkan dengan bintang Junaedy Salat dan Yati Octavia.

***

Awal 80-an muncul Eddy D Iskandar dengan novel Gita Cinta dari SMA. Cerita ala-ala Cinderella. Cowok miskin bertemu dengan gadis dari keluarga kaya.

Galih dan Ratna -- tokoh dalam novel itu --  menjadi ikon pasangan romantis layaknya cerita Romeo dan Juliet. Apalagi setelah difilmkan yang diperankan oleh Rano Karno dan Yessy Gusman.

Rano Karno dan Yessy Gusman menjadi idola remaja baru. Para pembaca (dan penonton filmnya) nangis Bombay, karena Galih dan Ratna harus berpisah di akhir cerita.

Pada novel-novel Eddy D Iskandar biasanya diselipkan tokoh-tokoh konyol, lucu, dan ... postur tubuh gendut. Menjadi bahan risakan teman-temannya. Tapi para pembaca remaja suka.

***

Lupus.

Di pertengahan 80-an muncul Lupus. Lupus awalnya cerpen-cerpen berseri yang dimuat di Majalah HAI. Hilman Hariwijaya, sang pengarang, menuliskan cerita Lupus dengan gaya tak biasa. Ia keluar dari pakem cerita-cerita remaja saat itu. Maka tidak ada gaya bertutur: kaos biru langit, hidung bangir, mata elang, dan sebagainya.

Lupus digambarkan bukan sebagai sosok "super hero". Tampang biasa-biasa saja, tidak jago basket, nggak menonjol dalam mata pelajaran tertentu, bukan ketua OSIS; biasa layaknya pada remaja umumnya.

Sampul kumpulan cerpen Lupus. Sumber: ebooks.gramedia.com.
Sampul kumpulan cerpen Lupus. Sumber: ebooks.gramedia.com.

Lupus itu anaknya pendiam. Apalagi waktu tidur. Demikian Hilman menggambarkan sosok Lupus.

Mengunyah permen karet, rambut jambul meniru rambut John Taylor, vokalis Duran  Duran.

Suatu ketika Lupus jengkel dengan terpaan angin yang masuk lewat jendela bus. Dengan menggerutu Lupus menutup jendela bus.

"Kenapa, Mas?" tanya orang yang duduk di sebelahnya.

"Ini, angin bikin berantakan rambut saya."

"Lho, tadi bukannya lebih berantakan?"

Cerita mengalir enak. Dibumbui humor-humor khas remaja. Dari serial Lupus inilah kemudian populer istilah-istilah, seperti ngocol, cuek bebek, dan semangat '45.

Remaja ini kah yang kalian cari selama ini? Begitu bunyi ngesok blurb di belakang sampul buku.

Lupus bagi remaja saat itu menjadi cerita  yang "gue banget". Mereka seperti terwakili, karena memang sosok Lupus banyak ditemui dalam keseharian remaja saat itu.

Bersamaan dengan cerita Lupus memang muncul tokoh si Boy (dalam film Catatan si Boy). Tapi untuk sebagian besar remaja saat itu, lompatan mimpi mereka begitu jauh untuk menjadi seperti si Boy.

Boy digambarkan begitu sempurna. Ganteng, disukai banyak cewek, dan anak dari keluarga super kaya (ada sebuah scene bagaimana Boy mengelap kaca helikopter pribadinya). Walaupun tak dijelaskan usaha orang tuanya.

Serial Lupus juga difilmkan, dengan bintang Ryan Hidayat.

Setelah era Lupus ikon cerita remaja seperti terputus, mungkin sekitar 30 tahun, hingga muncul Dilan karangan Pidi Baiq.

Dilan jago ngrayu, nakal, berani melawan guru. Dia juga suka tawuran, ikut geng motor.

Dilan dan Milea, pacarnya, menjadi idola baru. Kata-kata yang diucapkan Dilan dikutip para remaja, menjadi ungkapan dalam merayu. Seperti, Rindu itu berat.

Latar belakang cerita Dilan di Bandung, dengan setting tahun 90-an. Walaupun dalam novelnya disisipkan dialog bahasa Sunda, tapi gaya bertutur Pidi Baiq (ini pendapat saya), gestur Dilan, seperti menceritakan gaya hidup anak Jakarta.

Sebelum Dilan memang muncul tokoh Rangga dan Cinta, dalam film "Ada Apa dengan Cinta". Rangga yang cool, ganteng, tapi cuek dengan cewek. Dia juga suka puisi (nah, ini keren). Film ini diperankan oleh Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo.

Novel Dilan juga difilmkan, dibintangi Iqbaal Ramadhan dan Vanesha Prescilla

Dari sekian tokoh-tokoh remaja yang saya tulis di atas, adakah yang menjadi idolamu?

***

Lebakwana, Maret 2022.

Catatan.

Artikel ini berdasarkan membuka lagi ingatan-ingatan masa lalu. Sangat mungkin tercecer ruang-ruang kosong. Bagaimana kalau kamu yang mengisinya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun