"Lho, tadi bukannya lebih berantakan?"
Cerita mengalir enak. Dibumbui humor-humor khas remaja. Dari serial Lupus inilah kemudian populer istilah-istilah, seperti ngocol, cuek bebek, dan semangat '45.
Remaja ini kah yang kalian cari selama ini? Begitu bunyi ngesok blurb di belakang sampul buku.
Lupus bagi remaja saat itu menjadi cerita  yang "gue banget". Mereka seperti terwakili, karena memang sosok Lupus banyak ditemui dalam keseharian remaja saat itu.
Bersamaan dengan cerita Lupus memang muncul tokoh si Boy (dalam film Catatan si Boy). Tapi untuk sebagian besar remaja saat itu, lompatan mimpi mereka begitu jauh untuk menjadi seperti si Boy.
Boy digambarkan begitu sempurna. Ganteng, disukai banyak cewek, dan anak dari keluarga super kaya (ada sebuah scene bagaimana Boy mengelap kaca helikopter pribadinya). Walaupun tak dijelaskan usaha orang tuanya.
Serial Lupus juga difilmkan, dengan bintang Ryan Hidayat.
Setelah era Lupus ikon cerita remaja seperti terputus, mungkin sekitar 30 tahun, hingga muncul Dilan karangan Pidi Baiq.
Dilan jago ngrayu, nakal, berani melawan guru. Dia juga suka tawuran, ikut geng motor.
Dilan dan Milea, pacarnya, menjadi idola baru. Kata-kata yang diucapkan Dilan dikutip para remaja, menjadi ungkapan dalam merayu. Seperti, Rindu itu berat.
Latar belakang cerita Dilan di Bandung, dengan setting tahun 90-an. Walaupun dalam novelnya disisipkan dialog bahasa Sunda, tapi gaya bertutur Pidi Baiq (ini pendapat saya), gestur Dilan, seperti menceritakan gaya hidup anak Jakarta.