Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Januari

2 Januari 2022   08:31 Diperbarui: 2 Januari 2022   08:32 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Jonathan Faria/ pexels 

Kita seperti mesin otomatis
Seperti memasukkan kartu ATM
kemudian menulis beberapa angka, kemudian keluar uang, kemudian membeli hal-hal yang tak perlu

Musim-musim yang berganti
kita melihat rutinitas biasa saja
Angka-angka almanak gugur
(O, ya, ini hari apa?)
Sesekali melihat pertengkaran di linimasa
atau ada yang berulang tahun
atau ada yang mati
siapa, atau bukan siapa-siapa

Lalu kita berkenalan dengan seseorang, jatuh cinta dan bercinta
Dan patah hati
Marah
Caci-maki
Menghapus segala ingatan
Dan tertawa
Ternyata kita begitu dungunya

Di malam pergantian tahun
Memeluk seseorang
yang kita anggap sebagai kekasih
yang kita kenal sore tadi
Berpelukan
Berciuman
Meledakkan angkasa dengan kembang api
Berharap ada yang terbakar
tentang masa lalu

Tiba-tiba sudah Januari
Lagi

***

Lebakwana, Januari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun