Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kota yang Mabuk

18 November 2021   07:25 Diperbarui: 18 November 2021   07:31 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Faizal Fanani/ Liputan6.com

Adalah mabuk. Sebuah kota dengan banyak pintu. Memanggil, dan mengajarkan cumbu, membuat enggan pulang

Nyanyian dangdut dari hp menyeruak dari jendela. Lupa, ini bedeng-bedeng kumuh. Bau bacin, tikus-tikus got berkeliaran, sisa teriakan tadi malam

Sore yang debu. Membawa lelah di pundak

Malam yang terhempas dan terampas. Cinta yang semakin tidak waras

Begitu, setiap hari

***

Lebakwana, November 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun