Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Republik Medsos

28 Oktober 2021   07:07 Diperbarui: 28 Oktober 2021   07:12 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Gambar oleh Geralt (Gerd Altmann)/ Pixabay.com 

Kenapa kita begitu mudahnya menjadi batu. Bergeming, walau sudah tersentuh sejuknya air dan lembutnya angin. Demi mempertahankan sesuatu yang tak tentu. Tak perlu

Kenapa kita begitu gampangnya menjadi api. Membakar kabar-kabar. Tak penting siapa salah siapa benar

Mengapa pula kita tak merasa bersalah menjadi timbangan yang curang. Menakar kelompok lain banyak yang kurang. Padahal kelompok sendiri bertaburan belang-belang

Kenapa kita begitu ringan berjalan tanpa kepala, demi angka-angka yang tak seberapa. Menggadaikan hati membanting harga

Kenapa kita tak mau berdiri di depan cermin, bertanya kepada diri: Kenapa?

***

Lebakwana, Oktober 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun