Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menjadi Tua

8 Oktober 2021   08:47 Diperbarui: 8 Oktober 2021   08:57 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Arthur Brognoli/ Pexels 

Adalah belajar kembali menata air mata, karena sedikit tersinggung kata, mudah sekali menimbulkan luka

Menjadi tua bukan soal rambut berubah warna, kulit yang bersalin rupa, tapi bagaimana kita makin melebarkan ruang dada, karena suara-suara yang terdengar kini sulit tersentuh. Dan cinta seakan-akan menjauh

Tua adalah saat di mana kita dipaksa mencintai sepi. Segala kerinduan, kehangatan, satu satu perlahan beranjak pergi

Ingin kita mempunyai republik dengan segala cinta yang mengelilinginya. Namun, anak-anak lebih suka mempunyai wilayah sendiri 

Kita sering terperangkap masa lalu, mengulang-ulang cerita, padahal dunia sudah melompat sangat tak terkira

Menjadi tua, kalian akan merasakan cerita itu semua

***

Lebakwana, Oktober 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun