Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan-Perempuan Laron

23 September 2021   05:45 Diperbarui: 23 September 2021   05:54 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Gambar oleh Gerda Papendick/ Pinterest 

Iklan-iklan, berbaris pada lampu, rindu yang terjerembab, kepada kampung halaman, tanah, sawah, di mana entah. Kenangan yang memagut 

Lalu kota, menggoda laron-laron beterbangan. Padahal dia api yang menjebak, membakar harapan 

Gincu pada tubuh. Ngakak lupa hingga subuh. Doa-doa orang tua tak lagi tersentuh. Tenggelam di jalanan setiap pagi, dada pecah karena asap industri, lupa apakah masih ada sisa tenaga, dan tak ingat lagi, tak penting lagi, air mata 

Merah, putih, hitam; cerita-cerita. Nyanyian. Api di tubuh kota selalu hidup. Serbuan perempuan-perempuan laron tak pernah redup 

***

Lebakwana, September 2021 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun