Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ini Bukan Rayuan Gombal

26 Agustus 2021   19:50 Diperbarui: 26 Agustus 2021   20:09 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Telah banyak rasa manis kukecap, tapi itu hanya sampai di mulut. Sedang manis dirimu merasuk meresap, ciptakan kangen sedalam laut 

Seberapa gemuruh mobil balap di lintasan pacu, tapi tak segemuruh saat berharap jumpa dirimu 

Kata orang sinar matahari pagi menghangatkan, tapi bagiku senyum dan tatapan matamu lebih menghangatkan. Bahkan, aku takut kalau tiba-tiba matamu mengeluarkan api, membuat tidurku gelisah, panas-dingin, rindu tak berbalas bunyi

Kau tahu, menghadapi segala preman aku tak gentar. Namun, saat memegang jemarimu pertama kali aku begitu gemetar 

Apakah lautan api akan kuseberangi? Tidak. Tapi samudera kehidupan akan kuarungi. Bersamamu, juga buah cinta kita nanti. Sungguh!           

(Kugantungkan setangkai mawar, cokelat, dan sebukit rasa cintaku di dekat jendela kamarmu) 

***

Lebakwana, Agustus 2021 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun