Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Bab Terakhir Pelajaran Kematian

6 Juli 2021   06:29 Diperbarui: 16 Juli 2021   21:38 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

mari beramsal pada daun, yang merindu hijau dan rimbun, tapi akhirnya takbisa menolak layu, kering, dan gugur 

pun, usia yang jauh menapaki rantau, tapi waktu seperti jebakan ranjau, tidak tahu kapan meledak, tiba-tiba saja sudah mengantarkan kita ke depan pintu kubur 

menghentikan senda-gurau, harta, sahabat, anak istri segala cerita, dan pengingat hanya sebegitu batas cinta 

air mata, air mata memang ada, mengiringi sebentar saja, mungkin ada salvo, mungkin dibaca ulang kisah-kisah, lalu lupa dulu kita siapa

siapa, ya

seharusnya sejak lama kita tak berhitung menabur kebaikan, takut dan selalu mengingat tuhan, nanti diapungkan oleh doa-doa, siapa saja, adalah menjadi bekal terbaik dalam perjalanan pulang 

***

Lebakwana, Juli 2021 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun