Ada. Itu adalah jumlah puisi saya yang dibukukan.Â
Begini. Beberapa waktu lalu Kompasianer Tjiptadinata Effendi (Pak Tjip) membuat buku dengan mengajak kompasianers untuk menuliskan  kesan-kesan mereka terhadap Pak Tjip dan Bu Lina. Ini dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun perkawinan Pak Tjip - Bu Lina yang ke-56. Saya termasuk yang terlibat di dalamnya, menyumbangkan sebuah tulisan.Â
Semuanya itu ditangani Kompasianer Ikhwanul Halim, dan tautan tulisan dikirim lewat nomer wa atau gmail. Saat proses pembuatan buku Pak Tjip itu, suatu hari masuk pesan wa dari Pak Ikhwanul, dalam bentuk pdf. Di dalamnya ada beberapa puisi saya yang pernah dimuat di Kompasiana. Berurutan rapi, layaknya sebuah buku.Â
Saya terkejut. Puisi saya dibukukan?Â
"Ya, kalau bersedia," balas Pak Ikhwanul.Â
Tentu saja bersedia. Sudah lama memang saya ingin menerbitkan tulisan-tulisan saya dalam bentuk buku cetak. Ingin mengirimkan ke penerbit mayor, tahu sendiri, temboknya terlalu tebal untuk ditembus. Apalagi kumpulan puisi. Sulit laku. Penulis terkenal sekalipun akan sulit menjual buku kumpulan puisinya. Apatah lagi saya, baru 'kemarin' ini menulis puisi.Â
Saya juga tidak tahu kenapa Pak Ikhwanul memilih puisi-puisi saya untuk dibukukan. Padahal saya belum lama menulis di Kompasiana (sekitar 2 tahun), dan tak terlalu produktif. Selain itu di Kompasiana banyak puisi yang lebih bagus daripada puisi-puisi saya.Â
Akhirnya tanpa proses berbelit-belit, Pak Ikhwanul meminta saya untuk menulis di halaman persembahan, kata pengantar, blurb, juga data-data pribadi. Saya pun mengirim apa yang ia minta.Â
Saya harus sabar menunggu, karena Pak Ikhwanul membereskan dulu buku pesanan Pak Tjip. Juga buku dari penulis-penulis lain.Â
Dan kemarin buku antologi puisi itu sudah saya terima. Saya juga dihadiahi beberapa buku karangan Pak Ikhwanul. Terima kasih, Pak Ikhwanul Halim.Â
Takjub. Berulang-ulang saya membaca buku saya yang pertama itu. Ada 61 puisi dengan ketebalan x + 92 halaman. Penerbitnya Pimedia, kepunyaan Pak Ikhwanul Halim sendiri. Sampulnya mengambil judul puisi saya yang pertama tayang di Kompasiana: Tiga Bicara Hujan.Â
Puisi itu tertanggal 6 April 2019, pk 19:07. Dibaca 29 orang, dan dua orang yang memberi vote inspiratif: Isnandar dan Rudy (terima kasih untuk mereka berdua). Dan tanpa label. Hehehe.Â
Apa pun itu, Kompasiana telah membuat saya mengingat kembali, bahwa pernah pada suatu masa saya bisa menulis. Selain itu saya mendapat banyak sahabat baru, keluarga baru, yang memberi dorongan semangat, selalu menyapa hangat lewat vote ataupun komentar-komentar yang mereka tuliskan.Â
Sekali lagi, terima kasih Pak Ikhwanul Halim. Terima kasih, Kompasiana.Â
***
Lebakwana, April 2021.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H