Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nama-nama Ini Mungkin Takpernah Ada dalam Catatan

12 Maret 2021   22:59 Diperbarui: 13 Maret 2021   16:47 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Pixabay/ Frantisek Krezcy via cirebon.pikiran-rakyat.com 

orang-orang yang menyusuri pagi, agar tak ketinggalan mengumpulkan serpihan, menghitung seberapa banyak keringat di waktu siang, dan takterhimpit kelelahan di waktu petang, hingga ada sisa cerita di waktu malam 

hanya mimpi-mimpi sederhana untuk mengantar tubuh sampai lelap mata, menjaga harapan takterlalu remuk

mereka ada di jalan, di lorong-lorong sempit, dalam pengapnya asap pabrik, di sawah, ladang, sebagai buruh, memperpanjang hidup, sedikit luka terbasuh

di sekeliling meja, di ruang-ruang berpendingin udara, mereka dibicarakan hanya sebagai angka-angka, menjadi bahan kajian di kampus-kampus, yang lupa menginjak bumi, dan nantinya menjadi tambahan kata di kamus, atau sekadar rumus-rumus 

sesekali mereka memang ditulis, dalam amplop berisi lima puluh ribu, ditambah bonus nasi bungkus, kaos partai, poster, spanduk, pada keriuhan pilkada, mengepalkan tinju, berteriak entah untuk apa, sesudah itu kembali lupa 

mereka di sekitar kita, aku ada di dalamnya 

***

Lebakwana, Maret 2021 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun