Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerpen Humor) Mantra Menaklukkan Wanita

15 Februari 2021   21:09 Diperbarui: 15 Februari 2021   21:12 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Sarah Outeiro/ Pexels 

Pertama, berjanjilah agar cerita ini jangan sampai terdengar seorang perempuan. Ini berkait menjaga reputasi kita sebagai lelaki. 

Baiklah, kupegang kata-katamu. Kukatakan ini sebelum aku bercerita hingga tuntas. Engkau akan kuajarkan mantra-mantra, bagaimana menundukkan seorang wanita. Wanita, perempuan, cewek, wadon, padusi; terserah engkau menyebutnya apa. Yang jelas dia lawan jenis dari kita. 

Semuanya ini berangkat dari kegelisahanku, melihat fenomena beberapa tahun belakangan ini. Kini perempuan sudah banyak memegang peranan, yang dulunya dikuasai lelaki. Kalau tak dicegah dari sekarang bisa saja nanti semua sektor dikuasai perempuan. Dan kita, para lelaki, akan menjadi budak perempuan. 

Takboleh dibiarkan! 

Ingat, sejak berjuta-juta tahun lampau dunia ini adalah dunia lelaki. Lelaki adalah selalu menjadi penguasanya. Ingat itu. 

Kini ada semacam gerakan bawah tanah dari kaum perempuan ( informasi ini A-1, sangat dipercaya ). Para perempuan ahli biologi, kimia, dan segala ahli faal tubuh, berkumpul di suatu pulau terpencil. Mereka akan menciptakan semacam cairan, yang nanti akan diminumkan kepada kaum lelaki. Apa yang terjadi? Nanti fungsi biologis lelaki akan berubah, bertukar peran dengan perempuan. Nanti lelakilah yang mengalami kehamilan. 

Gawat, gawat! 

Itu sebabnya aku ingin mengajarkan mantra ini. Untuk menegakkan kembali hegemoni kita sebagai lelaki. 

Untuk menerapkan mantra ini, apakah kita akan berpuasa, mandi dengan kembang tujuh rupa, membakar kemenyan? Hadeuh, ini zaman milenial, Bro. Jaga gengsilah sedikit di hadapan Presiden Amerika yang baru. Mereka sudah menciptakan twitter, facebook, juga 'alien' serba bisa, Google. Masak kita hanya untuk menundukkan perempuan masih menggunakan kemenyan. Akan dikemanakan harga diri bangsa. 

Kita terkenal sebagai bangsa yang tangguh. Lebih tiga setengah abad kita magang menjadi inlander di bawah ketiak VOC. Belum lagi dikepruk menjadi romusha selama tiga setengah tahun oleh Jepang. 

Boleh juga ditambahkan dengan lagu yang diajarkan waktu kita SD dahulu, "Nenek moyangku orang pelaut ...!"  Lupakan sejenak perih di dada, karena garam masih impor. 

Jadi, takada alasan lain, bahwa aku harus mengajarkan mantra ini kepadamu. Kita kibarkan lagi panji-panji lelaki ke antero pelosok negeri. Hidup lelaki! 

Mantra ini sederhana. Sangat sederhana. Apa harus menggunakan foto atau tujuh helai rambut perempuan itu? Memangnya film horor Indonesia? 

Tunggu dulu. Mungkin kau bertanya-tanya, apakah mantra ini cukup ampuh bila diterapkan untuk menggaet istri orang? Dengan sedikit menyesal dan rasa gemetar, harus kukatakan dengan suara berbisik: b   i   s   a. 

Tanpa berpanjang kata lagi, akan kuajarkan mantra ini. Mantra ini hanya berupa pantun, terdiri dari dua bait. Apa perlu dihapal? Takperlu. Cukup konsentrasi selama sepuluh detik, bayangkan perempuan yang kauinginkan. Lalu baca pantun itu. Tunggu dalam hitungan kesepuluh. Tepat di hitungan kesepuluh kau akan dapat kiriman pesan dari perempuan yang kauinginkan, "Eh, aku kok mendadak kangen dengan kamu, ya."

Dahsyat, bukan? 

Baiklah, kita mulai. Pastikan baterai hp-mu masih penuh, pulsa masih terisi, dan jaringan komunikasi di tempatmu tidak batuk-batuk. 

Yap! Kukirim mantra ini. Satu...  dua...! Ups, sebentar, ada sedikit masalah. 

***

Ya, ada masalah. O, tidak, tidak! Bukan..., bukan! Sebentar juga selesai. Sebentar...! 

............... 

***

Memang ada masalah. Aku harus jujur mengatakan ini. Ternyata, ternyata...  mantra itu aku sudah lupa bunyinya. Tentu saja takbisa kukirimkan. Kuharapkan kau tak menyesal mendengar cerita ini sampai akhir. Aku saja, yang bercerita ini sangat menyesal. 

***

Lebakwana, Februari 2021 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun