Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sawah, Ladang, Kebun, Hutan, Sebentar Lagi

19 Desember 2020   20:11 Diperbarui: 20 Desember 2020   19:52 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah-rumah dikelilingi sawah, ladang, kebun, hutan, panorama hijau 

udara sejuk 

Pagi-pagi dibangunkan suara-suara unggas, malam diiringi bebunyian serangga 

Itu dulu 

Sebentar lagi panorama hijau menghilang. Sawah, ladang, kebun, hutan, beralih rupa menjadi pabrik-pabrik, pusat-pusat keramaian yang asing

Rumah-rumah dikepung 

Hati terasa sunyi melihat orang-orang berteriak di jalan, bising dengan lalu-lalang kendaraan. Mesin-mesin industri menumpahkan polusi. Orang-orang bergerak seperti dikontrol oleh mesin: pagi berangkat, sore pulang ditimbun kelelahan. Setiap hari 

Kota-kota penuh dalam dada: rengekan tangis bayi yang kehilangan air susu ibunya, karena sang ibu membantu sang suami berlompatan di layar komputer, di ruang-ruang kerja. Juga di jalan. Atau entah di mana saja 

Diburu-buru

Dada harus dipenuhi kota-kota. Agar sekotak impian yang tertinggal di rumah tidak pecah, berhamburan, tidak menjadi apa-apa 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun