Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Laron

13 November 2020   21:28 Diperbarui: 14 November 2020   05:11 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Musa Ortac/ Pexels 

Tumbuh sayap menyerbu pusat cahaya. Disangka cahaya adalah rindu yang memagut. Tapi malah kematian datang menjemput

Laron-laron berterbangan, penanda akan datang musim hujan. Berharap bisa menghamparkan impian 

Kitalah laron-laron itu, ingin cepat mengubah keadaan 

Terbang bebas sekehendak hati, terpedaya pada kilau dunia, seolah-olah pendarnya takpernah redup tiada henti 

Dan kita lalai untuk sejenak tafakur,  hingga terlambat saat terbentur, baru terjaga saat melihat sebelah kaki sudah berada di pintu kubur 

***

Lebakwana, November 2020 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun