Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membaca Musim Hujan Kali Ini

11 November 2020   10:11 Diperbarui: 11 November 2020   10:13 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Deepak Digwal/ Pexels. 

Cuaca lembab. Tentu ini bukan yang membuatmu bersedih tanpa sebab. Menyambut musim hujan, seharusnya kita sudah menyiapkan kopi, teh, gula; juga pisang, ubi. Aku membayangkan saat hujan sore kita nikmati hangat-hangat bersama anak-anak. 

Tapi tungku kita seringkali dingin. Kita sering menahan segala ingin. 

Kita memang sering duduk bersama. Tapi kita lebih sering bercakap-cakap dalam diam. Pikiran kita entah berada di mana. Padahal di hadapan kita televisi sedang menyala. 

Anak-anak sepertinya cukup mengerti dengan keadaan kita. Mereka juga menahan keinginan mereka. Tapi sampai kapan? 

Sebentar lagi kita memerlukan biaya yang tak sedikit. Si sulung akan memasuki SMA, sedang adiknya akan menduduki bangku SMP. Ditambah dengan keperluan lain. Sedikit banyaknya kita harus memegang uang. 

Sedang diriku sudah tiga bulan ini menganggur, sejak pemutusan hubungan kerja dari tempat pabrikku dulu. Dalam suasana seperti ini akan sulit aku mencari lowongan kerja. Malah banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya.       

Sementara persediaan uang semakin sedikit. Kita harus bergerak cepat. Mungkin aku akan ngojek, atau melakukan apa yang dapat menghasilkan uang. 

Kurasa kamu juga harus melakukan hal yang serupa. Mungkin mulai dengan berdagang kecil-kecilan di depan rumah; berjualan nasi uduk, misalnya. 

Atau bekerja di rumah orang, sebagai buruh cuci. Kenapa harus gengsi? Kehidupan kita harus terus berjalan. Sedang perut tidak mengenal hari libur, bukan? 

Musim hujan kali ini mungkin terasa lebih dingin. 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun