Aku ingin hidup seribu tahun lagi; Sekali berarti kemudian mati; Hidup hanya menunda kekalahan, dan lain-lain. Itu contoh-contoh lirik dalam puisi Chairil Anwar.Â
Dunia ini panggung sandiwara; Kembalikan Indonesia padaku; Ada anak bertanya pada bapaknya; Sajadah panjang; Huruf-huruf sedih, sesak nafas, geram dan naik darah (Taufik Ismail). Catatan: Selama ini orang mengenal lagu "Panggung Sandiwara" dinyanyikan Godbless, padahal liriknya itu ditulis Taufik Ismail.
Sangkar besi tak bisa mengubah rajawali menjadi seekor burung nuri (WS Rendra).Â
Aku ingin mencintaimu secara sederhana (Sapardi Djoko Damono)
Hanya satu kata: Lawan! Â (Wiji Thukul).
***
Mantra, puisi gelap; Sutardji Calzoum Bachri.Â
Kemunculan Sutardji Calzoum Bachri --yang dijuluki Presiden Puisi-- adalah pemberontak yang lain. Ia mengusung kredo: membebaskan kata dari penjajahan makna. Tardji menghidupkan lagi sajak-sajak mantra, dengan diberi ruh kekinian.Â
Ada yang menyebut, bila Chairil Anwar adalah mata kanan sastra Indonesia, maka Sutardji Calzoum Bachri mata kirinya.Â
Sutardji juga yang mempopulerkan istilah 'puisi gelap'. Ini ia tuduhkan pada para penyair muda. Tentu juga para penyair itu tak terima. Dan ini membuat polemik di Harian Republika.Â
Akhirnya Tardji mengakui, tak ada puisi gelap dan puisi terang. Yang ada puisi bagus dan puisi jelek. Tardji juga bersepakat, bahwa puisi-puisi mantranya pada dasarnya adalah puisi gelap.Â