Kutulis ini pada setiap lintasan waktu, saat subuh mengirimkan gigil, hati bergetar ketika azan memanggil; siang, menceritakan jalan yang pecah, mengukur jalan gundah, orang-orang yang taksabar; malam, membaca ulang mimpi yang padam, mencumbu hening agar bisa membaca ulang jejak secara beningÂ
Daun, bunga, pepohonan; kebun dan sawah ladang; ikan dan segala hewan air, binatang ternak, burung-burung dan semua yang terbang; yang liar dan yang jinak
Jalan lurus, berbatu, ngarai, lembah, perbukitan dan puncak gunung; sungai, danau, dan lautan; gurun, stepa, tundra, dan sabana; hujan, kemarau, serta guguran saljuÂ
Keberangkatan serta kepulangan, selamat datang dan selamat tinggal, percakapan riuh dan sunyi
Tawa, cinta, air mata, dan drama yang menyertainyaÂ
Bumi, langit, dan segala isi
Kata-kata biasa, lugas, maupun penuh metaforaÂ
Puisi merekamnya. Hitam putih, dan banyak warnaÂ
Dengan kata amuk, luka, dan seribu rasa cintaÂ
***
Lebakwana, Oktober 2020.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H