Tubuh Ibu terbakar. Di jalan orang-orang menaruh amuk dalam kepala
Kepala di tempurung kelapaÂ
Ibu tak mengerti kenapa anak-anaknya begitu mudahnya menyalakan api
Remuknya percakapan. Demi sepatu dan kursi. Tak peduliÂ
Tanah Ibu. Dibagi-bagi hanya untuk satu kubu
Kapan tangis Ibu terhentiÂ
***
Lebakwana, Oktober 2020Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!