Cinta itu pahitÂ
Tubuhmu bergemuruh. Ingatan  yang menggenang. Jalan  patah, rumah yang sesak dengan prasangka. Impian tinggal bayang-bayangÂ
Diam, api menyala. Diam-diamÂ
Tampaknya hari ini takguna lagi air mataÂ
Kau pun menjadi batu. Tapi kauingin memekik. Dan jadilah ombak. Menggulung remuk segala yang berkecamuk
Ada masa kau menghindar menjadi kuda. Berlari liar tanpa kendali
Tidak juga merpati. Lembut. Mengurung badan menyalahkan diriÂ
Akhirnya kauterbang bebas menjadi camar. Berkesiutan di antara tiang-tiang kapal dan batu karang
Berharap cinta yang lebih manis segera datangÂ
***
Cilegon, September 2020Â
Catatan.Â
Puisi ini sudah tayang di Secangkirkopibersama.com.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H