Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seorang Lelaki yang Bercakap-cakap dengan Perempuan yang Selalu Merasa Dirinya Baik-baik Saja

4 Oktober 2020   19:22 Diperbarui: 4 Oktober 2020   19:32 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber Pikrepo.com. 

Lelaki: Kukabarkan kepadamu tentang taman kota, tempat anak-anak bermain; orang-orang melepaskan penat setelah seharian melarungkan cinta di jalan, di pabrik, di kantor, di tempat-tempat yang tak tercatat atau yang tak bernama; sepasang kekasih duduk di bangku taman, mereka-reka mimpi masa depan

Perempuan: Aku adalah puisi pada arah empat mata angin. Berjalan sesuai kehendak, berlari hingga batas ingin 

Lelaki: Tidak. Kau takbisa beranjak dari  masa lalu, membawa gerimis dalam bola matamu. Masuklah ke dalam cermin, selalu ada kabut di wajahmu 

Perempuan: Aku baik-baik saja 

Lelaki: Tapi kau selalu berdiri di jendela. Berharap ada cinta singgah di beranda 

Perempuan: Jendela adalah cara hatiku merasakan kehangatan sinar matahari; bermain-main dengan cahaya bulan saat datang kegelapan. Tapi aku tidak lupa menikmati cahaya lampu-lampu, warna-warna di etalase toko; juga cerita-cerita di balik gaun pesta 

Lelaki: Kau hanya menutupi luka sementara. Padahal masa lalu sering  mengirimkan nyeri pada dada 

Perempuan: Aku memang takbisa memakai topeng di hadapanmu 

Lelaki: Tak selamanya selalu badai; dia pasti akan cepat usai, walaupun impian belum sempat tergapai. Bahkan di antara hujan dan matahari, selalu berharap munculnya pelangi 

Suatu saat ada seseorang membawa setangkai mawar untukmu, sembari mengajarkan bagaimana menghidu harumnya tanpa tertusuk duri. Kalaupun terkena, ia akan ikut  bersamamu merasakan luka 

***

Cilegon, September 2020. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun